kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45913,59   -9,90   -1.07%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pengamat: Gaya komunikasi SBY berubah


Jumat, 04 November 2016 / 07:51 WIB
Pengamat: Gaya komunikasi SBY berubah


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memiliki gaya komunikasi yang khas, yakni jarang menyampaikan maksud secara lugas.

Namun pada konferensi pers Rabu (2/11), Presiden keenam RI itu, dinilai menunjukkan gaya yang berbeda.

Pakar komunikasi politik Tjipta Lesmana menilai gaya komunikasi SBY saat jumpa pers kemarin menyiratkan kemarahan.

"Dari gaya komunikasi kemarin, SBY terganggu, kesal, marah, karena berseliweran informasi yang menuding SBY ada di belakang gerakan," kata Tjipta saat dihubungi Kompas.com, Kamis (3/11).

Tjipta mengatakan amarah SBY terlihat pula dari kalimat yang dipilih, salah satunya saat SBY mengatakan "fitnah lebih kejam dari pembunuhan".

"Kata-kata "fitnah lebih kejam dari pembunuhan" itu pertama kali diucapkan A.H. Nasution saat TNI angkatan darat dituduh terlibat upaya penggulingan Presiden Soekarno," kata Tjipta.

Ia melanjutkan bahasa nonverbal yang ditunjukan SBY berupa mimik wajah yang tegang dan penuh amarah semakin menunjukan pembelaan dirinya atas tudingan keterlibatan pada aksi 4 November.

Dengan adanya bahasa nonverbal yang jelas, menurut Tjipta, justru sangat memperkuat amarah yang ditampakan SBY.

Sebab, kata Tjipta, bahasa nonverbal lebih kuat ketimbang bahasa verbal untuk menampakan kesan kepada lawan bicara.

Selain itu Tjipta mengatakan dalam komunikasi dikenal bahasa berkonteks tinggi yang cenderung berputar-putar, dan juga bahasa berkonteks rendah yang cenderung lugas.

Ia menyatakan, SBY merupakan pemimpin yang cenderung menggunakan bahasa berkonteks tinggi.

Namun saat jumpa pers kemarin, yang digunakan SBY justru bahasa berkonteks rendah.

"Beberapa pilihan kata seperti "fitnah lebih kejam dari pembunuhan," itu kan lugas. Pemilihan konteks rendah itu memang bukan kebiasaan SBY dan itu menunjukan kemarahan. Sengaja menggunakan konteks rendah agar maksudnya mudah tertangkap," lanjut Tijipta.

Sebelumnya SBY menggelar jumpa pers di Cikeas, Kabupaten Bogor, Rabu (2/11). Dalam jumpa pers itu, SBY menyatakan ada pihak yang menuding salah satu partai politik mendalangi sekaligus mendanai aksi 4 November.

Unjuk rasa yang digelar di depan Istana Kepresidenan itu menuntut polisi memproses hukum Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atas tuduhan menista agama.

SBY juga bicara soal pembunuhan Munir, tudingan harta miliknya yang mencapai Rp 9 triliun dan rumah pemberian negara untuk dia sebagai mantan Presiden RI. (Rakhmat Nur Hakim)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×