kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Inflasi inti rendah, daya beli masih lemah?


Rabu, 01 November 2017 / 21:31 WIB
Inflasi inti rendah, daya beli masih lemah?


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Inflasi inti yang menggambarkan permintaan dan daya beli di Oktober tahun ini turun lagi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi inti Oktober 2017 sebesar 0,17% dan 3,07% year on year (YoY). Sementara itu, inflasi nasional Oktober tercatat sebesar 0,01% dan 3,58% YoY.

Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan, rendahnya inflasi Oktober tahun ini disebabkan oleh dua hal, yaitu deflasi pada kelompok bahan pangan dan kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan.

Andry menduga, deflasi pada kelompok bahan pangan karena pasokannya terjaga dan deflasi pada kelompok transportasi lantaran tarifnya yang lebih baik.

Sementara itu, kelompok makanan jadi mencatat inflasi. Sebagian dari kelompok makanan jadi lanjut Andry, tergolong pada inflasi inti. Dengan inflasi pada kelompok ini, Andry melihat masih ada permintaan dari masyarakat.

"Kalau dilihat memang core-nya (inflasi inti) sebagai bagian dari indikator bahwa ada sisi transaksi dan permintaan yang melemah. Tetapi belum cukup dikatakan daya beli melemah," kata Andry kepada KONTAN, Rabu (1/11).

Ia melanjutkan, komponen inflasi inti juga dipengaruhi faktor lainnya. Antara lain, kurs rupiah yang akan mempengaruhi imported inflation dan juga harga emas perhiasan. Andry bilang, kurs rupiah belakangan ini mengalami pelemahan sehingga seharusnya inflasi inti naik.

Meski demikian, "Secara historisnya, di Oktober memang inflasi rendah," tambahnya. Data BPS pada Oktober 2016 menunjukkan, inflasi inti sebesar 0,10% dan 3,08% YoY. Sementara di Oktober 2015, inflasi inti tercatat sebesar 0,23% dan 5,02% YoY.

Andry memperkirakan, inflasi inti hingga akhir tahun akan berada di kisaran level saat ini dan masih sulit menembus angka 4%. Sementara inflasi nasional hingga akhir tahun lanjut dia, diperkirakan mencapai 3,7% YoY dan masih berpeluang di bawah itu.

Sementara itu, Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara melihat penurunan inflasi inti tersebut menunjukkan adanya fenomena masih lemahnya daya beli masyarakat. Sebab di sisi lain, ada beberapa jenis bahan makanan yang mencatat kenaikan harga, misalnya beras dan cabai merah.

Selain itu, "Oktober 2015 inflasi inti masih tinggi YoY 5%. Lalu turun seiring demand yang lemah sekarang dikisaran 3%," tambah Bhima.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×