kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tetap murah di tengah kisruh penerbangan mahal, ini penjelasan AirAsia


Minggu, 14 Juli 2019 / 09:49 WIB
Tetap murah di tengah kisruh penerbangan mahal, ini penjelasan AirAsia


Reporter: Grace Olivia | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - KUALA LUMPUR. Pemerintah mengupayakan berbagai cara untuk menurunkan tarif penerbangan yang melambung tinggi. Selain menurunkan tarif batas atas tiket pesawat, pemerintah belum lama juga membuat kebijakan diskon 50% terhadap tiket pesawat berbiaya murah (low-cost carrier) untuk rute dan jadwal penerbangan tertentu. 

Kendati begitu, rute penerbangan AirAsia tidak termasuk dalam daftar yang wajib dikenakan diskon 50%. Pemerintah menjelaskan hal tersebut lantaran jumlah rute dan jadwal penerbangan AirAsia yang tergolong dalam kategori wajib diskon sangat sedikit. Selain itu, harga tiketnya juga masih di bawah 50% dari tarif batas atas. 

Head of Communications AirAsia Group Audrey Progastama Petriny mengkonfirmasi hal tersebut. “Yang disampaikan pemerintah betul adanya. Kami tidak termasuk yang harus memberikan diskon karena sejak awal kami memang tidak menaikkan tarif tiket pesawat,” ujarnya, Jumat (12/7). 

Baca Juga: AirAsia percaya diri bersaing dengan aplikasi super travel besar di Indonesia

Memang, pangsa pasar AirAsia di penerbangan domestik Indonesia baru 2%. Namun, efisiensi besar-besaran menjadi strategi maskapai asal Malaysia ini untuk menjaga harga tiketnya tetap murah. 

Dalam hal utilisasi pesawat, misalnya, Audrey mengatakan AirAsia termasuk yang sangat tinggi. “Satu pesawat kami bisa diutilisasi 12-13 jam per hari, relatif lebih tinggi dibandingkan maskapai lain,” kata dia. 

Tak hanya itu, AirAsia sejak awal juga hanya menggunakan satu tipe pesawat yang sama atau single-type operations, yaitu Airbus. Saat ini AirAsia Indonesia mengoperasikan 25 unit pesawat Airbus A320-200. 

Dengan menerapkan prinsip tersebut, biaya yang terkait dengan lisensi dan pelatihan awak pesawat, awak kabin, staf darat, teknisi perawatan pesawat serta staf operasi menjadi sangat minim. Selain itu, pengoperasian satu jenis pesawat juga membuat pengelolaan suku cadang AirAsia juga menjadi lebih efisien.  

Baca Juga: Bangun aplikasi super sendiri, AirAsia: Bukan karena sakit hati

“Grup kami juga mengoperasikan lebih dari 200 pesawat. Secara economy of scale, kami bisa membeli dengan negosiasi harga yang lebih murah,” lanjut Audrey. 

Dari sisi sumber daya manusia, Audrey mengatakan, AirAsia semakin banyak memanfaatkan teknologi. Layanan customer service sudah banyak digantikan dengan fitur chatboard pada situs dan aplikasi AirAsia, sementara di bandara juga sudah lebih banyak tersedia self-check in kiosk sehingga petugas counter bisa diminimalisasi. 

“Kami juga mendiversifikasi lini bisnis, yaitu kargo, makanan on-board (dalam pesawat), toko duty-free, dan sebagainya,” kata Audrey. Dengan begitu, AirAsia bisa mengelola pendapatannya (revenue management) secara lebih strategis.

Baca Juga: AirAsia 3.0, merintis jalan maskapai penerbangan menjadi aplikasi super se-Asean

Terkait bahan bakar avtur, AirAsia telah melakukan lindung nilai (hedging) terhadap 65% bahan bakarnya sampai dengan 2020. Meski diakui, kenaikan harga minyak yang tajam tetap akan mempengaruhi 35% dari bahan bakar maskapai sehingga menekan keuangan perusahaan. 

Industri penerbangan sesuai pasar

Di sisi lain, Deputy CEO AirAsia Group Bo Lingam menyayangkan kisruh harga tiket penerbangan mahal di Indonesia, Namun, ia lebih menyayangkan langkah pemerintah yang saat ini cukup banyak mengintervensi industri. 

Menurut Bo, industri penerbangan mestinya bisa berjalan dengan mekanisme pasar dengan persaingan sempurna yang bebas dan adil. “Pilihan ada di tangan pelanggan, maskapai cukup menyediakan layanan jasa yang terbaik saja. Lagipula, kami juga tidak bisa membuat semua orang terbang dengan kami (AirAsia),” ujar Bo. 

AirAsia, menurutnya, selalu menawarkan harga tiket paling murah kepada pelanggan. Oleh karena itu, maskapai ini mengaku sejatinya tak membutuhkan panduan harga batas atas maupun batas bawah. “Bagi saya, persaingan harus adil, tidak perlu ada batas harga. Biarkan sesuai permintaan dan suplai,” katanya. 

Baca Juga: Citilink dan Lion Air Menawarkan Harga Diskon untuk 30% dari Total Kursi

Adapun, di tengah kegaduhan industri penerbangan dalam negeri, AirAsia justru mantap menambah lima armada pesawat baru hingga akhir tahun ini. Dengan begitu, pertumbuhan penumpang ditargetkan mencapai 20% di 2019. 

“Kita sudah tambah tiga pesawat, dan menyusul dua lainnya. Kita berencana meluncurkan lebih banyak rute domestik maupun rute internasional yang belum banyak digarap maskapai lainnya,” ujar Bo

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×