kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45936,33   7,98   0.86%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pemerintah cermati efek Trump soal Yerusalem


Kamis, 07 Desember 2017 / 20:24 WIB
Pemerintah cermati efek Trump soal Yerusalem


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pernyataan Presiden Amerika Serikat Donald Trump atas status Yerusalem sebagai ibu kota Israel berimplikasi global. Situasi ini tak luput dari pantauan pemerintah Indonesia, khususnya dampak terhadap perekonomian.   

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara mengatakan, pemerintah terus melakukan monitoring di setiap level, mulai dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mengawasi pasar modal, atau di tingkat yang lebih besar atau menyeluruh oleh Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK). Sebab, seperti diketahui, ucapan tersebut telah mengguncang pasar saham Jepang dan Korea Selatan.

"Kami lakukan monitoring secara cermat. Kami lihat saja terus, perhatikan terus. Mekanisme koordinasi yang dilakukan adalah sistem keuangan secara keseluruhan. Kami punya seluruh elemen yang bekerja melakukan pemantauan," kata Suahasil di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Kamis (7/12).

Hal ini bisa terlihat dari realisasi pertumbuhan ekonomi, inflasi, posisi cadangan devisa, sistem keuangan. "Indonesia kan kuat dilihat dari pertumbuhan ekonomi, inflasi, cadev, dan sistem keuangannya. Kita terus bekerja memonitoring secara baik," ujar Suahasil.

Terpisah, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati enggan memberikan komentar terkait dampak dari Yerusalem yang dipilih menjadi Ibu Kota Israel terhadap perekonomian Indonesia.

"Itu nanti Bapak Presiden yang akan menyampaikan pandangannya, aku enggak bikin itu dulu, itu penting tapi nanti bapak presiden saja yang menyampaikan," kata dia.

Keputusan untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel menyebabkan AS bertentangan dengan pandangan masyarakat internasional lainnya mengenai status Yerusalem.

Palestina mengklaim, Yerusalem Timur akan menjadi ibu kota sebuah negara masa depan. Apalagi, sesuai dengan kesepakatan damai Israel-Palestina 1993, status terakhirnya dimaksudkan untuk dibahas dalam perundingan damai tahap akhir.

Kedaulatan Israel atas Yerusalem tidak pernah diakui secara internasional, dan sampai sekarang semua negara telah mempertahankan kedutaan mereka di Tel Aviv.

Mengingatkan saja, Yerusalem berisi situs suci bagi tiga agama monoteistik utama - Yudaisme, Islam dan Kristen.

Yerusalem Timur, yang mencakup Kota Tua, dikuasai oleh Israel setelah Perang Enam Hari tahun 1967, namun tidak diakui secara internasional sebagai bagian dari Israel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×