Jelang pencoblosan, elektabilitas calon fluktuatif

Jumat, 20 Januari 2017 | 11:05 WIB   Reporter: Teodosius Domina
Jelang pencoblosan, elektabilitas calon fluktuatif


JAKARTA. Sebulan menjelang pemungutan suara, tren elektabilitas pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) 2017 kembali berubah. Pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni tetap merajai berbagai survei. Meski begitu, elektabilitas dua pasangan calon lainnya justru naik cukup signifikan.

Survei yang diselenggarakan Poltracking pada 9-13 Januari 2017 menunjukkan, pasangan nomor urut 1 Agus-Sylvi mendapatkan elektabilitas 30,25%. Pasangan calon nomor urut 2 sekaligus petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat menggenggam elektabilitas 28,88%.

Sedangkan pasangan nomor urut 3 Anies Baswedan-Sandiaga Uno meraih elektabilitas 28,63%. Sementara 12,24 % sisanya masih belum menentukan pilihan.

Berdasarkan hasil survei yang melibatkan 800 responden ini, Direktur Poltracking Hanta Yudha menyimpulkan, pemenang Pilkada masih belum bisa diprediksi. Menurutnya, semua kandidat memiliki probabilitas menang yang sama. Pasalnya, angka elektabilitas ketiganya juga masih masuk dalam kisaran margin of error, yaitu 3,46%.

Yang jelas, dalam survei ini menunjukkan elektabilitas Ahok-Djarot dan Anies-Sandi naik cukup signifikan dibanding survei Poltracking sebelumnya, yaitu naik 6,88% untuk Ahok-Djarot dan naik 8,21% untuk Anies-Sandi sejak November 2016. Sedangkan kenaikan elektabilitas pasangan Agus-Sylvi sebanyak 2,33% dinilai stagnan.

Sebagai gambaran, survei Poltracking yang digelar 7-17 November 2016 lalu menunjukkan pasangan Agus-Sylviana meraih elektabilitas 27,29%. Sedangkan pasangan Ahok-Djarot menggenggam elektabilitas 22%. Pasangan nomor urut 3 Anies-Sandi meraih elektabilitas 20,42%. Sementara itu, sebanyak 29,66% responden dari total 1.200 responden yang terlibat dalam survei ini belum menentukan pilihan.

Hanta Yudha menduga semula elektabilitas pasangan calon nomor urut 1 melejit karena efek kejut. "Untuk pasangan calon nomor urut 1 pada awal kemunculannya ada efek wow, dimana dia tiba-tiba muncul dan mencuri perhatian masyarakat. Tapi kini efek terkejut itu sudah mulai reda dan bisa dilihat kenaikannya cukup lambat sampai sekarang," tuturnya.

Sementara survei Polmark Research Center besutan Eep Saefullah Fatah justru menunjukkan hasil berbeda. Dalam survei Polmark yang digelar 6 Januari - 12 Januari 2017 dan melibatkan 1.200 responden itu menunjukkan suara terbanyak didapat Anies-Sandi dengan perolehan 25,3%. Agus-Sylvi di posisi kedua dengan persentase 23,9%. Dan di posisi paling buncit ialah Ahok-Djarot dengan 20,4%.

Dalam survei yang menetapkan margin error 2,9% itu ditanyakan pula yang menjawab rahasia, yakni  23%. Sementara yang tidak menjawab 7,4%. Survei Polmark juga mencoba mengaitkan dugaan penistaan agama oleh Ahok. Dari seluruh responden, 72,1% menilai Ahok telah menistakan agama.

Dalam survei ini juga menyandingkan atau mengadu (head to head) dua pasangan calon sebagai simulasi bila pilkada berlangsung dua putaran. Hasilnya Ahok-Djarot selalu kalah. Bila Ahok-Djarot diadu dengan Agus-Sylvi misalnya, hasilnya adalah elektabilitas Agus-Sylvi melonjak menjadi 44,2% sedangkan Ahok-Djarot 24,3%. Sementara 31,5% responden belum menentukan pilihan.

Bila pasangan Ahok-Djarot diadu dengan Anies-Sandi, hasilnya Ahok-Djarot meraih elektabilitas 21,3% dan Anies-Sandi 44,2%. Responden yang belum menentukan pilihan sebanyak 34,5%.

Sedangkan bila pasangan Anies-Sandi diadu dengan pasangan Agus-Sylvi, hasilnya Agus-Sylvi meraih elektabilitas 29,4% dan Anies-Sandi meraih 33,1%. Namun, pemilih yang belum menentukan pilihan dalam hal ini cukup banyak yakni 37,5%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia

Terbaru