kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Alat rapid test buatan UGM dan Unpad siap perkuat surveilans hadapi pendemi covid-19


Senin, 28 Desember 2020 / 22:26 WIB
Alat rapid test buatan UGM dan Unpad siap perkuat surveilans hadapi pendemi covid-19
ILUSTRASI. GeNose C19, alat pendeteksi virus Covid-19 melalui udara dari embusan nafas, yang?dirancang oleh Universitas Gadjah Mada (UGM).


Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Ristek/BRIN) Bambang Brodjonegoro mengenalkan dua hasil inovasi anak bangsa yakni alat rapid test buatan Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Padjajaran (Unpad).

Bambang menyebut, kedua alat rapid test itu adalah GeNose yang merupakan alat rapid test buatan UGM dan CePAD yang merupakan alat rapid test buatan Unpad. Kedua alat tersebut masuk dalam golongan alat untuk melakukan screening atau deteksi cepat Covid-19.

Pertama, CePAD atau Covid-19 antigen test dari Universitas Padjajaran. Alat ini bukan rapid test yang mengecek antibodi melalui sampel darah. Akan tetapi sampel diambil dengan metode seperti SWAB test dan dilakukan deteksi cepat terhadap keberadaan covid-19. 

Bambang menyebut, alat rapid test ini telah memperoleh izin edar dari Kementerian Kesehatan pada 4 November 2020 lalu.

“Secara harga jauh lebih murah dari PCR test yang merupakan standar, relatif cepat sekitar 15 menit dengan tingkat akurasi yang tinggi,” kata Bambang saat diskusi virtual, Senin (28/12).

Kedua, alat rapid test yang dikembangkan oleh Universitas Gadjah Mada (UGM) yang diberi nama GeNose. Namun yang menjadi sampel alat tersebut adalah nafas dari seseorang. Sampel dimasukkan kedalam suatu wadah semacam plastik. Kemudian, sampel nafas tersebut dimasukkan ke sasing unit yang terdiri dari beberapa puluh sensor udara. Sensor tersebut menggunakan artificial intelligent yang akan mendeteksi partikel atau VoC (volatile organic compound) dari sampel tersebut.

Baca Juga: Harga Alat Deteksi Covid-19 (GeNose C19) Produksi UGM, Maksimal Dipatok Rp 62 Juta

Bambang menyebut, Artificial Intelligent ini yang nantinya akan menganalisa apakah seseorang positif covid-19 atau negatif covid-19. Ia menyebut, partikel dalam nafas yang dikeluarkan oleh seseorang yang positif covid-19 berbeda dengan yang negatif covid-19. 

Alat ini nantinya bisa memiliki kapasitas tes hingga 100.000 kali testing. Alat ini telah memperoleh izin edar dari Kementerian Kesehatan pada 24 Desember 2020 lalu.

“Relatively reliable karena menggunakan sensor yang dapat dipakai hingga puluhan ribu pasien dalam jangka waktu lama. Bisa 100.000 kali testing dengan alat yang sama dan alatnya bukan berarti habis istilahnya distem ulang atau sedikit diperbaiki supaya bisa diperbaiki untuk kesempatan yang berikutnya,” kata Bambang.

Lebih lanjut Bambang mengatakan, Indonesia perlu meningkatkan kapasitas surveilans kesehatan untuk menghadapi pandemi seperti saat ini. Di antaranya perlunya kemandirian dalam melakukan testing dan monitoring, terutama untuk screening.

“Bagian dari penggunaan alat yang diperkenalkan ini memang terkait dengan surveilans, surveilans adalah satu upaya yang tidak boleh ditinggalkan dalam upaya menangani covid-19,” ujar dia.

Sebagai informasi, alat deteksi GeNose buatan UGM seharga Rp 62 juta. Biaya ini termasuk fasilitas data yang terhubung ke Cloud System (IoT) untuk bisa diakses secara online dan pelatihan penggunaan GeNose.

GeNose memiliki sensitifitas sebesar 95% dan spesifisitas sebesar 95%. Tim pengembang UGM menargetkan kapasitas produksi mencapai 5.000 unit pada Februari 2021. 

GeNose telah digunakan di beberapa rumah sakit seperti RS Bhayangkara Yogyakarta dan RSUP Dr Kariadi Semarang dan RSUD Dr Moewardi Surakarta.

Sementara itu, rapid test buatan Unpad yang diberi nama CePAD telah memiliki produsen PT Pakar Biomedika Indonesia dengan distributor PT Usaha Bersama Jabar. Kapasitas produksi CePAD telah mencapai 500.000 per bulan.

CePAD memiliki sensitifitas sebesar 85% dan spesifisitas sebesar 83%-84%. Hal ini telah melebihi standar WHO yang sebesar 80%. CePAD memiliki kisaran harga sekitar Rp 120.000/pieces. CePAD telah digunakan di RS Pendidikan Unpad, Lab Kesehatan Pemprov Jawa Barat dan RS Sentosa Bandung.

Selanjutnya: GeNose C19, Alat Deteksi Covid-19 Besutan UGM Bermula dari Alat Pelacak Narkoba

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×