kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,44   -8,07   -0.86%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ada masalah struktural pada konsumsi, ekonomi 2018 diramal maksimal 5,15%


Sabtu, 24 Februari 2018 / 16:08 WIB
Ada masalah struktural pada konsumsi, ekonomi 2018 diramal maksimal 5,15%


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - PADANG. Kepala Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini akan mencapai 5,08%-5,15%. Angka ini lebih rendah dari target pemerintah dalam APBN 2018 sebesar 5,4% dan ada di batas bawah perkiraan Bank Indonesia (BI) di kisaran 5,1%-5,5%

Lana mengatakan, belum signifikannya kenaikan pertumbuhan ekonomi tersebut disebabkan oleh konsumsi rumah tangga sebagai penyumbang produk domestik bruto (PDB) terbesar, memiliki masalah struktural. Salah satu tandanya, yaitu penjualan ritel Januari 2018 yang masih turun.

Menurutnya, berdasarkan Survei Penjualan Ecaran yang dilakukan BI di Januari 2018, hampir semua komponen penjualan ritel mengalami penurunan, kecuali bahan bakar minyak (BBM). Meski pemerintah tak menaikkan harga BBM, ketersediaannya belum bisa memenuhi kebutuhan masyarakat.

"Walau harga enggak naik, tapi barangnya enggak ada. Ini yang menggerus (daya beli masyarakat)," kata Lana saat diskusi dengan wartawan di Hotel Mercure Padang, Sabtu (24/2).

Sebab, dengan pendapatan yang tetap, tetapi konsumsi BBM meningkat, masyarakat akan mengurangi konsumsi barang lainnya. Salah satunya, barang-barang perlengkapan rumah tangga dan alat komunikasi.

Masalah struktural daya beli masyarakat juga tampak dari upah minimum provinsi (UMP) riil melambat, yaitu UMP nominal dikurangi inflasi nasional. Selain itu, nilai tukar petani (NTP) riil malah tercatat negatif. Di Januari 2018 lanjut lana, NTP nominal mencatat kontraksi dibanding Januari 2017. Sementara inflasi Januari 2018 mencapai 3,25% year on year (YoY).

"Kalau minus dikurangi inflasi 3,25% maka nilai tukar petani riil itu negatif," tambah Lana.

Namun, pihaknya berharap kinerja ekspor mengalami perbaikan di tahun ini. Sebab di tahun 2017, nilai ekspor dan impor meningkat, tetapi volumenya justru menurun..

"Diharapkan perbaikan ekonomi global tahun ini akan meningkatkan permintaan yang lebih tinggi terhadap barang ekspor Indonesia," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×