kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ternak kuda bertanduk


Kamis, 18 Januari 2018 / 12:32 WIB
Ternak kuda bertanduk


| Editor: Tri Adi

Sebagian orang menganggap salah satu tolok ukur kemajuan digital sebuah negara adalah populasi perusahaan rintisan (start up). Perusahaan rintisan merupakan "jembatan penghubung" antara teknologi di laboratorium dengan nilai-nilai ekonomis di pasar riil.

Populasi start up bisa mencerminkan derajat pemanfaatan teknologi untuk memecahkan masalah paling aktual setempat. Eksistensi start up juga mencerminkan tingkat kepercayaan investor. Berbeda dengan korporasi-korporasi mapan yang memikat investor dengan rekaman kinerja cemerlang di masa silam, perusahaan-perusahaan rintisan mendatangkan modal "hanya" dengan menawarkan konsep dan visi tentang masa depan.

Jadi, patut dihargai Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) merasa perlu terlibat untuk merangsang pertumbuhan perusahaan-perusahaan rintisan di negeri ini. Rabu (17/1), misalnya, Menteri Rudiantara menargetkan pada tahun 2019 –tahun terakhir jabatannya– Indonesia bakal memiliki lima perusahaan start up level unicorn. "Saya yakin dengan strategi yang tepat bisa lebih dari lima," katanya di Bursa Efek Indonesia seperti dikutip www.kontan.co.id.

Unicorn (kuda bertanduk dalam mitologi Yunani) adalah sebutan bagi perusahaan-perusahaan rintisan yang berhasil mendatangkan modal segar minimal senilai US$ 1 milliar. Itu setara Rp 13,5 triliun-an. Di Indonesia, start up yang sudah menembus level paling sakral ini antara lain Go-Jek dan Traveloka.

Secara umum dunia mengakui negara paling subur bagi start up adalah Israel. Dalam buku Start Up Nation: The Story of Israel Economic Miracle yang terbit pada 2009, penulis Dan Senor dan Saul Singer menunjukkan bagaimana Israel menghasilkan jauh lebih banyak start up ketimbang negara-negara yang lebih mapan dan berumur.

Kebijakan wajib militer (wamil) menjadi salah satu faktor utama pendorong start up tumbuh subur di sana. Dalam wamil para remaja Israel belajar memecahkan masalah dengan teknologi terkini. Berbekal pengalaman itu, usai wamil sebagian dari mereka merintis usaha. Kesuksesan Israel melahirkan ribuan start up di berbagai level lebih didorong oleh keunikan kebijakan yang kemudian berkembang jadi kultur.

Rasa-rasanya kita juga butuh menemukan keunikan karakter atau kultur semacam itu sebagai modal bersaing di masa depan, apa pun wujudnya. Dan, itu bukan berarti harus ikut-ikutan heboh menjadi peternak kuda bertanduk.             

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×