kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tahun ini, Bukalapak bidik pertumbuhan bisnis sampai 50%


Kamis, 07 Januari 2021 / 06:45 WIB
Tahun ini, Bukalapak bidik pertumbuhan bisnis sampai 50%

Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bukalapak memproyeksikan pertumbuhan bisnis 40%-50% pada 2021 seiring dengan perkembangan industri digital ekonomi di Indonesia.

CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin menyampaikan, pandemi telah meningkatkan penetrasi masyarakat pada ekonomi digital sehingga berdampak signifikan pada perkembangan Bukalapak. Peningkatan jumlah pengguna internet di Indonesia selama pandemi dan di Bukalapak sendiri adalah fakta dan juga peluang bahwa platform dagang digital memiliki peran yang relevan dan esensial saat ini.

Rachmat menyebut, untuk memperkuat operasional dan bisnis Bukalapak, ada 3 aspek yang menjadi fokus Bukalapak, yaitu talent atau sumber daya manusia, growth atau pertumbuhan, dan capital atau modal. Dengan memperkuat 3 aspek tersebut, Rachmat percaya Bukalapak dapat menjadi perusahaan yang berkelanjutan untuk mewujudkan misinya yaitu menjadi perusahaan teknologi yang mampu menciptakan ekonomi yang adil bagi semua. 

"Rencana bisnis kita secara umum niatnya selalu ingin tumbuh. Kita akan fokus get more merchant dan kita akan fokus melakukan yang terbaik untuk pelapak kita dengan fee yang paling murah. Ini juga hasil kontemplasi kita di 2020. Di mitra, virtual produk kita selalu ingin tambah lagi apa yang bisa dilakukan. Kita juga berharap bisa selalu menambah layanan, karena dengan banyaknya layanan yang kita tambah tentunya makin baik layanan kita kepada masyarakat dan tentunya untuk pedagang untuk merchant ini bisa tambah cuan," jelas Rachmat saat konferensi pers virtual, Rabu (6/1).

Oleh karena itu, Bukalapak memiliki strategi bisnis dengan fokus di marketplace, layanan digital, dan juga mitra di tahun 2021 ini. Bukalapak juga tumbuh seiring dengan industri dan tetap menjaga pertumbuhan bisnis menuju profitability.

Baca Juga: Bisnis fintech lending diyakini terus melaju di tahun depan

Jika dibanding 2019, pertumbuhannya sudah mencapai 200% dan ada perbaikan EBITDA yang juga tumbuh 80% dibanding tahun 2019 dan juga peningkatan 4 juta pelapak dan mitra yang membuktikan performa bisnis Bukalapak sekaligus menjadikannya sebagai platform digital yang memberikan solusi atas kebutuhan masyarakat.

"Bukalapak masih tetap pada visinya meningkatkan akses masyarakat pada berbagai layanan keuangan. Juga memberdayakan UMKM yang ada di Indonesia agar bisa berkembang memajukan perekonomian nasional. Manajemen optimistis akan semakin banyak inovasi yang akan di lakukan di 2021 sehingga semakin banyak masyarakat yang merasakan manfaat kehadiran Bukalapak," ungkap Rachmat.

Bukalapak juga memperkirakan produk-produk seperti aksesoris motor, gadget, fashion dan kuliner akan menjadi tren pencarian pada tahun 2021 ini.

VP of Marketplace Bukalapak, Kurnia Rosyada juga menambahkan, selama masa pandemi 2020 terdapat pertumbuhan jumlah dan volume transaksi yang cukup signifikan, dan juga berbagai perubahan dan adaptasi yang terjadi selama masa pandemi, baik di kalangan penjual, konsumen, hingga platform Bukalapak sendiri.

Menurutnya, hal menarik adalah perubahan minat pada pasar berubahanya sangat signifikan. Jadi apa yang trending pekan lalu bisa jadi pada pekan depan akan ada perubahan. Kurnia menyebut, hal ini sangat menarik dan di sambut baik oleh para seller Bukalapak. Dimana selama pandemi, banyak dari pelapak yang memperbanyak kategori produk yang di jual, tidak hanya kategori tertentu melainkan juga merambah ke kategori lainnya.

"Untuk sektor-sektor apa saja yang akan menjadi tren di Bukalapak pada 2021, tentunya ada beberapa sektor yang akan dipengaruhi oleh faktor musiman contohnya saat memasuki musim penghujan ini, kita melihat tren penjualan barang dan aksesoris motor cukup meningkat seperti jas hujan dan helm," imbuh Kurnia.

Selanjutnya: Pengamat ini menilai rencana merger Gojek dan Tokopedia tidak realistis, kenapa?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×