kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Synthesis Development perkirakan pasar properti akan bergairah di akhir 2019


Kamis, 25 Oktober 2018 / 19:12 WIB
Synthesis Development perkirakan pasar properti akan bergairah di akhir 2019
ILUSTRASI. Apartemen Synthesis Residence


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Synthesis Development menghadapi tantangan dalam penjualan sepanjang tahun ini. Sama seperti pengembang lain pada umumnya, penjualan produk-produk properti perusahaan tahun ini juga ikut melambat lantaran pasar sedang lesu dan banyak investor menahan diri untuk melakukan pembelian.

Julius Warouw, Managing Director Synthesis Square memperkirakan, kelesuan pasar properti masih akan berlanjut hingga pemilihan presiden usai. Namun menurutnya, penyebab utama kelesuan pasar bukan karena faktor politik melainkan karena investor sudah mulai kritis terhadap produk-produk yang diluncurkan pengembang.

"Pada tahun 2012 saat pasar properti booming, konsumen asal beli saja proyek-proyek properti yang diluncurkan. Setelah selesai dibangun rupanya tidak mudah untuk menyewakan propertinya, mau dijual juga susah karena memang lokasinya kurang dan pasar sewanya tidak ada. Belajar dari kesalahan-kesalahan sebelumnya, investor sekarang sudah sangat kritis. Mereka tidak mau lagi asal beli karena prospek properti yang ditawarkan itu kurang bagus," jelas Julius kepada Kontan.co.id, Kamis (25/10).

Sikap kritis konsumen tersebutlah yang menjadikan pasar menjadi lesu. Sebetulnya, lanjut Julius, produk-produk properti yang memang bagus dan memiliki prospek masih tetap bagus penjualannya. 

Oleh karena itu, pengembang saat ini memang tidak boleh asal jualan lagi tetapi properti yang ditawarkan harus memiliki data yang bisa menghasilkan keuntungan ke depan. Misalnya, jika memang dikonsep sebagai apartemen sewa maka harus ada data potensi penyewa proyek itu di masa depan.

Sementara dampak dari tahun politik menurut Julius tidak terlalu besar karena Indonesia sudah berkali-kali mengalami perubahan pemerintahan dan tetap aman-aman saja. "Jadi siapapun presiden yang terpilih mereka tetap akan menjaga fundamental ekonomi Indonesia. Jadi pasar tidak terlalu mengawatirkan itu," ujarnya.




TERBARU

[X]
×