kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Swasta akan mengelola jembatan timbang


Senin, 07 Mei 2018 / 17:35 WIB
Swasta akan mengelola jembatan timbang


Reporter: Lamgiat Siringoringo | Editor: Mesti Sinaga

Truk kelebihan muatan sudah jadi cerita biasa. Menjadi luar biasa pasca Jembatan Babat–Widang di Tuban, Jawa Timur, Selasa (17/4) lalu ambruk.

Dugaan awal, jembatan yang membentang di atas Sungai Bengawan Solo itu runtuh akibat tiga truk kelebihan muatan melintas secara bersamaan di salah satu bentang. Dua orang tewas dan empat lainnya luka-luka.

Arus mudik tahun ini terancam terganggu. Jembatan Babat–Widang yang menghubungkan Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Tuban, Jawa Timur, ambruk, Selasa (17/4) siang lalu.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) langsung mengirim tim untuk mengungkap penyebab jembatan nasional tersebut runtuh untuk pertama kali. Memang, belum keluar hasil investigasi penyebab utama robohnya jembatan yang sudah berusia puluhan tahun itu.

Tapi, apakah perawatan jembatan juga memainkan peranan dalam runtuhnya jembatan itu? Lalu, apa rencana Kementerian PUPR ke depan agar kejadian yang sama tidak terulang?

Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR Arie Setiadi Moerwanto mengungkapkannya kepada wartawan Tabloid KONTAN Lamgiat Siringoringo di kantornya, Rabu (18/4). Berikut nukilannya:

KONTAN: Apa yang sudah Kementerian PUPR lakukan atas ambruknya Jembatan Babat–Widang di Tuban?
ARIE:
Untuk kejadian ini, sudah ada dua tim yang berangkat ke lapangan. Tim pertama dari Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VIII. Tim ini fokus menangani korban, menganalisis secara cepat penyebabnya apa, dan menyiapkan perbaikan jembatan karena ini sudah mendekati arus mudik Lebaran. Bagaimana jembatan ini bisa diperbaiki secara cepat.

Tim kedua namanya tim teknik dan independen. Ini gabungan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan, guru besar Institut Teknologi Surabaya (ITS), serta anggota Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan.

Tim ini fokus mencari penyebab utama dari jembatan yang runtuh. Dari situ keluar  saran bagaimana agar kejadian serupa tidak terulang lagi.

KONTAN: Kapan perbaikan Jembatan Babat–Widang di Tuban akan rampung?
ARIE:
Kami memang harus cepat. Makanya, harus dikirim tim. Pengiriman bahan besi jembatan sudah dilakukan ke lokasi. Yang pasti, kami kejar terus perbaikannya agar sebelum Lebaran sudah bisa dipakai. Untuk yang sekarang, ada beberapa jalur alternatif yang bisa dipakai pengguna.

KONTAN: Apakah tim teknik dan independen merekomendasikan sanksi juga?
ARIE:
Tim tersebut bukan untuk menghukum dan yang lainnya, hanya melihat dari sisi teknik. Untuk sanksi atau apapun itu, karena ada korban yang meninggal, maka ada dari kepolisian setempat. Ini benar murni tim melihat secara teknik.

KONTAN: Untuk analisis awal, apa yang menyebabkan jembatan bisa ambruk?
ARIE:
Untuk di Tuban, dari data awal dan sejarah karena jembatan semua punya sejarah, penyebab kegagalan adalah karena kelebihan beban.

Pertama, dari catatan perawatan jembatan. Pada Desember 2017 lalu, kami sudah meremajakan jembatana tersebut. Artinya, belum lama.

Kedua, dari catatan kepolisian mengacu posisi bangkai truk yang terperosok masuk ke sungai. Ada dump truck yang isinya penuh dengan limbah smelter.

Lalu, ada dua truk tronton yang berisi pasir, dan isinya penuh juga. Kami memperkirakan, ada kelebihan beban muatan. Hitungan kami, tidak kurang dari 120 ton. Padahal, jembatan tersebut dirancang untuk satu bentang hanya 45 ton.

Untuk faktor keamanan, kami memang memberikan kelonggaran 1,5 kali. Kami sudah memperhitungkan ketidakpastian dari beban berlebih dan lain-lain. Artinya, 45 dikali 1,5 kali hasilnya sekitar 70 ton. Itupun, kan, sudah lewat.

KONTAN: Anggaran untuk perawatan jalan dan jembatan memang cukup besar?
ARIE:
Dana dari Direktorat Jenderal Bina Marga untuk pemeliharaan jalan dan jembatan mencapai 57,5% dari total bujet kami. Jadi sebenarnya, tidak ada masalah di jembatan yang sudah tua atau apapun.

Karena, kalau jembatan tua itu sering dirawat, maka tidak ada masalah. Asalkan, semuanya yang lewat sesuai bebannya.  

KONTAN: Mengapa truk kelebihan muatan masih saja bisa lalu lalang di jalan?
ARIE:
Konsepnya, dulu truk yang kelebihan beban kena denda yang masuk ke pendapatan asli daerah (PAD). Ya pasti, mereka bayar saja. Denda ini sudah dimasukkan dalam ongkos angkut dari truk-truk tersebut. Ini, kan, salah.

Selama ini pengawasan masih dipegang pemerintah daerah. Ke depan, akan kami ambil alih. Sebab seharusnya jalan yang kami bangun dan rawat bisa bertahan sampai 10 tahun. Tapi, karena banyak truk yang kelebihan muatan sering lewat, hanya bertahan tiga tahun.

Ini berarti, kami seperti mensubsidi para truk yang lewat di jalan. Angkutan keretaapi dan laut juga jadi tidak kompetitif. Kalau di angkutan keretaapi, kan, langsung ditimbang dan langsung bayar di tempat. Kalau truk, kan, lewat saja. Kalau didenda, ya, dibayar saja.

Karena itu, kalau saja dana pemeliharaan bisa dikurangi karena jalan dan jembatan yang diperbaiki berkurang, itu kan bagus. Dana itu kemudian bisa dipakai untuk mengelola jalan dan jembatan timbang. Fokus kami sama dengan Kementerian Perhubungan (Kemhub).   

KONTAN: Kejadian truk kelebihan beban muatan sering menjadi penyebab kerusakan jalan dan jembatan. Apakah ini lantaran ada miskoordinasi dengan Kemhub?
ARIE:
Sebenarnya, kami sudah duduk bersama. Kami ada rencana kerjasama untuk mengembangkan jembatan timbang dikelola secara profesional.

Sebab, kelebihan muatan membuat jalan di Indonesia umurnya jadi pendek-pendek. Daya rusaknya pangkat empat. Kalau beban truk dua kali lipat dari normal, maka kerusakannya dua pangkat empat, jadi enam belas kali.

Memang, pengelolaan jembatan timbang ada di Kemhub, namun yang merasakan akibatnya Kementerian PUPR. Dengan senang hati, jika memang ada kerjasama dan kami diminta ikut bagian.

KONTAN: Apa yang akan Kementerian PUPR lakukan dalam kerjasama itu?
ARIE:
Saya sudah menghadap Badan Perencana Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Kementerian Keuangan untuk menanyakan, boleh tidak kami ikut terlibat dalam pengelolaan jembatan timbang. Sebab masalahnya, ini, kan, ada pertanggungjawaban dana.

Dalam kerjasama itu, rencananya kami, pertama, membuat jalur pendekat, perlambatan, dan percepatan. Kami bikin proyek percontohan atau pilot project di Balong Gandu, Karawang. Ini untuk melengkapi fisik jembatan timbang.

Kedua, kami akan memasang alat weigh in motion. Ini adalah sebuah metode pengukuran beban kendaraan yang bisa dilakukan ketika kendaraan dalam kondisi bergerak.

Teknologi itu merupakan perkembangan terbaru dari pengukuran beban kendaraan yang selama ini dilakukan secara statis. Yaitu, mengukur beban kendaraan dalam kondisi berhenti di suatu lokasi pengukuran beban statis yang biasa disebut jembatan timbang.

Dari alat tersebut nanti terlihat, mana yang kelebihan beban dan bisa di-zoom untuk melihat pelat nomor truk.

Namun, kami kan tidak bisa melakukan penindakan. Margin of error alat itu 10%. Jadi, tidak bisa untuk menindak. Makanya, jika sudah melewati weigh in motion dan ada indikasi melewati beban, disuruh melewati jembatan timbang. Di sinilah bisa ditindak.

KONTAN: Jadi, alat itu sudah ada yang dipasang?
ARIE:
Kami sudah menjalani pilot project di tiga lokasi. Salah satunya di Balong Gandu, Karawang. Nanti, kami minta untuk dipasang alat-alat tersebut jika kerjasama kami dengan Kemhub sudah bisa berjalan. Hanya, yang bagus alat itu bukan dipasang di pinggir jalan, tetapi di pelabuhan juga di jalan keluar dari kawasan industri.

KONTAN: Tapi kan persoalannya di jembatan timbang sering kali truk kelebihan muatan bisa lewat karena ada suap atau yang lainnya?
ARIE:
Ini juga jadi perhatian kami. Itu sebabnya, kami minta juga agar pengelola jembatan timbang yang profesional. Karena, kalau pegawai negeri sipil (PNS) yang menindak, kami nanti dituduh mau pungli saja. Ada proses penindakan.  

KONTAN: Jadi, siapa yang kelak akan mengelola?
ARIE:
Swasta yang mengelola jembatan timbang. Ruginya terlalu banyak kalau pemerintah yang ikut mengelola. Makanya, kami lelangkan saja pengelola jembatan timbang ini.       

KONTAN: Apakah sudah berjalan proses lelangnya?
ARIE:
Yang melelang Kemhub. Nanti, yang menjalankan jembatan timbang PT Superintending Company of Indonesia (Sucofindo) dan PT Surveyor Indonesia. Kemhub bilang, ada 34 jembatan timbang sudah selesai dikontrakkan dengan Surveyor Indonesia. Kami yang masukkan alat-alatnya.          

Biodata

Riwayat pendidikan:
■     Sarjana Teknik Institut Teknologi Bandung
■     Master of Science dalam Bidang Teknik Hidraulik International Institute for Hydraulics and Environmental Engineering Delft, Belanda
■     PhD Bidang Teknik Sungai University of Wollongong, Australia

Riwayat pekerjaan:
■ Kepala Seksi Pelayanan Teknik Badan Penelitian dan Pengembangan Pekerjaan Umum Kementerian Pekerjaan Umum                                 
■ Kepala Balai Bangunan Hidraulik dan Geoteknik Keairan Badan Penelitian dan Pengembangan Pekerjaan Umum Kementerian Pekerjaan Umum                                            
■ Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum  
■ Direktur Bina Penatagunaan Sumber Daya Air Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum
■ Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat    
■ Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat       

** Artikel ini sebelumnya sudah dimuat di Tabloid KONTAN edisi  9 April - 15 April 2018. Selengkapnya silakan klik link berikut: "Swasta akan Mengelola Jembatan Timbang"

        

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×