kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Stok Malaysia naik, harga CPO rontok lagi


Kamis, 11 Januari 2018 / 20:10 WIB
Stok Malaysia naik, harga CPO rontok lagi
ILUSTRASI. HARGA TBS KELAPA SAWIT


Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Angin segar yang mewarnai pergerakan harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) tak berhembus lama. CPO kembali terkoreksi setelah data cadangan CPO negeri Jiran meningkat.

Mengutip Bloomberg, Kamis (11/1), harga CPO kontrak pengiriman Maret 2017 di Malaysia Derivative Exchange ditutup turun 2,1% ke level RM 2.567 per metrik ton. Sedangkan jika dibandingkan sepekan sebelumnya, harga CPO terpangkas 0,17%.

“Seperti yang sudah-sudah, reaksi pasar terhadap data ekspor sifatnya hanya sementara,” ujar Deddy Yusuf Siregar, analis PT Asia Tradepoint Futures, hari ini.

Walaupun ekspor CPO Malaysia bulan Desember 2017 berhasil tumbuh 4,4% menjadi 1,42 juta ton dari bulan sebelumnya, tetapi kabar bertambahnya cadangan minyak sawit mentah kembali menghadang pergerakan harga. Pada periode yang sama, persediaan minyak sawit Malaysia juga naik 7,1% menjadi 2,73 juta ton.

Kata Deddy, tekanan ini semakin diperparah karena produksi CPO dari Malaysia dan Indonesia untuk tahun 2018 diperkirakan tumbuh dari tahun 2017. Dari Malaysia produksi akan meningkat dari 19 juta ton menjadi 20 juta ton. Sedangkan dari Indonesia akan tumbuh dari 32 juta ton menjadi 34 juta ton.

“Pengaruh sentimen produksi ini bisa berpengaruh sepanjang tahun ini. Untuk jangka panjang ada peluang harga akan tertekan,” terangnya.

Wahyu Tribowo Laksono, analis PT Central Capital Futures melihat, tekanan kenaikan persediaan CPO terjadi karena naiknya produksi di perkebunan sawit Malaysia dan Indonesia. Dua negara pemasok CPO terbesar itu telah pulih dari kekeringan parah pada 2015-2016 karena super El Nino.

“Persediaan minyak sawit Malaysia pada akhir 2017 sebesar 2,73 juta metrik ton merupakan tingkat tertinggi sejak November 2015,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×