kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sebuah laporan ungkap Rusia ikut sukseskan pemilihan Trump pada Pilpres 2016


Selasa, 18 Desember 2018 / 17:34 WIB
Sebuah laporan ungkap Rusia ikut sukseskan pemilihan Trump pada Pilpres 2016
ILUSTRASI. Presiden AS Donald Trump


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Sebuah laporan menunjukkan bahwa Rusia melalui platform sosial media telah mempengaruhi pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) pada 2016 silam. Laporan ini disusun oleh Proyek Propaganda Komputasi Universitas Oxford dan perusahaan analisis jejaring sosial Graphika.

Penelitian ini mengatakan YouTube, Tumblr, Instagram, PayPal, serta Facebook dan Twitter telah dimanfaatkan untuk menyebarkan propaganda oleh Rusia guna memenangkan Donald Trump dalam laga pemilihan presiden AS. Laporan ini dirilis oleh Senat AS pada Senin (17/12) guna memperlihatkan skala usaha disinformasi Rusia.

Laporan ini menjadi analisis pertama dari jutaan posting media sosial yang disediakan oleh Twitter, Google dan Facebook kepada Senat Komite Intelijen AS.

Meskipun Facebook dan Twitter sebelumnya telah mengungkapkan gangguan Rusia, namun masih minim informasi yang menjelaskan penggunaan platform media sosial oleh Rusia.

Laporan itu menunjukkan YouTube, Tumblr, PayPal, dan Google+ semuanya terpengaruh. Rusia mengadaptasi teknik dari pemasaran digital ke khalayak di berbagai saluran media sosial yang ada.

"Ini dilakukan di seluruh situs media sosial. Kami pikir tujuannya adalah membuat kampanye tampak lebih sah," ujar kata Philip N Howard, direktur Institut Internet Oxford mengutip BBC pada Selasa (18/12).

Penelitian ini merinci kampanye besar yang dipelopori oleh Internet Research Agency (IRA) memiliki fokus khusus pada masyarakat konservatif dengan menyajikan posting terkait hak imigrasi, isu ras, dan senjata.

Ada juga upaya untuk melemahkan kekuasaan memilih warga Afrika-Amerika yang berhaluan kiri, dengan menyebarkan informasi yang salah tentang proses pemilihan.

Laporan lain oleh firma riset New Knowledge yang dirilis oleh Senat, juga menyoroti upaya Rusia untuk menargetkan warga Afrika-Amerika.

Laporan ini menjelaskan bagaimana IRA Rusia difokuskan pada mengembangkan khalayak hitam dan merekrut orang Amerika berkulit hitam sebagai aset. Juga mendorong para aktivis untuk melakukan aksi unjuk rasa.

Sebuah kampanye IRA yang disoroti oleh Oxford dan Graphika yakni Black Matters US, ada di Twitter, Facebook, Instagram, YouTube, Google+, Tumblr, dan PayPal. Berbagai akun ini akan mempromosikan pos dan acara masing-masing.

Ketika Facebook menangguhkan grup pada platformnya, akun Twitter grup itu mengeluhkan langkah itu dan menuduh jaringan sosial mendukung supremasi kulit putih.

"Yang jelas, semua pesan berusaha untuk menguntungkan Partai Republik dan khususnya Donald Trump," kata laporan itu.

Laporan ini juga menyebut Trump menargetkan para kaum konservatif dan pemilih sayap kanan. Dimana pesan yang digunakan mendorong kelompok-kelompok ini untuk mendukung kampanyenya.

Kelompok-kelompok utama yang dapat menantang Trump disuguhi berbagai informasi yang membingungkan, mengalihkan perhatian dan akhirnya mencegah kelompok ini untuk memberikan suaranya pada pemilu.

Sementara data yang digunakan oleh para peneliti disediakan oleh Facebook, Twitter dan Google, temuan mereka mengkritik respon terlambat dan tidak terkoordinasi dari perusahaan-perusahaan ini ke kampanye disinformasi Rusia.

Para peneliti menyoroti rincian yang dapat menyebabkan perusahaan internet mendeteksi gangguan sebelumnya, seperti penggunaan rubel Rusia untuk membeli iklan dan tanda tangan internet yang terkait dengan basis operasi IRA.

BBC telah meminta Kedutaan Rusia di Inggris untuk memberikan komentar.

IRA adalah salah satu dari tiga perusahaan yang didakwa awal tahun ini, sebagai bagian dari penyelidikan penasihat khusus Robert Mueller ke campur tangan Rusia dalam pemilu 2016. 12 karyawan agensi menghadapi dakwaan dakwaan, serta dugaan pemodal, Yevgeny Prigozhin.

"Media sosial telah berubah dari infrastruktur alami untuk berbagi keluhan kolektif dan koordinasi keterlibatan sipil, menjadi alat komputasi untuk kontrol sosial, dimanipulasi oleh konsultan politik cerdik dan tersedia untuk politisi di demokrasi dan kediktatoran sama," kata laporan itu.




TERBARU

[X]
×