kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45916,64   -18,87   -2.02%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Reliance: Pasar volatile, investor bisa pilih reksadana pendapatan tetap


Kamis, 05 Juli 2018 / 20:00 WIB
Reliance: Pasar volatile, investor bisa pilih reksadana pendapatan tetap
ILUSTRASI. Ilustrasi Reksadana Pendapatan Tetap


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tengah dalam gejolak.  Sentimen utama yang mempengaruhi indeks adalah sentimen eksternal seperti perang dagang. Selain itu, perlemahan rupiah menjadi salah satu sentimen negatif bagi indeks.

Associate Head of Research PT Reliance Sekuritas Indonesia (RELI) Lanjar Nafi menyarankan agar investor semakin cermat melihat arah pergerakan bursa sekaligus selalu update dengan perkembangan pasar. 

Kata Lanjar, di tengah pelemahan indeks, dan penguatan dollar terhadap rupiah, investor harus lebih memperhatikan dan mengurangi portofolio saham atau asset beresiko tinggi.

Di mana asset tersebut sangat rentan dengan pelemahan nilai tukar yang mengakibatkan investor asing melakukan pengurangan porsi portofolio dan merealisasikan asetnya kembali pada mata uang USD guna menyelamatkan nilai asset mereka.

"Saham-saham emiten yang memiliki banyak utang dalam bentuk USD akan terkena imbas utama namun sebaliknya saham-saham emiten eksportir akan diuntungkan dengan terdepresiasinya Rupiah. Guna meminimalisir risiko, di tengah volatilitas harga saham, akan lebih bijak jika investor dapat membagi porsi saham dan masuk pada investasi reksadana," jelas Lanjar dalam keterangannya, Kamis (5/7).

Di tengah kondisi pasar volatile, investor bisa memperbesar porsi investasi di reksadana. Reksadana pendapatan tetap atau campuran, menurut Lanjar, cukup bijak dengan pemantauan dan pengelolaan manager investasi yang handal.

Tentu saja, agar imbal hasil investor lebih optimal, ia berharap agar pemerintah terus melakukan evaluasi kebijakan fiskal dan moneter. Dengan begitu, pasar akan kembali tenang dan investor semakin leluasa menanamkan dana.

"Di tengah IHSG yang terus tertekan akibat terdepresiasi rupiah yaitu dengan mengadakan terus evaluasi kebijakan moneter lebih agresif lagi pada suku bunga, kebijakan perbankkan hingga intervensi nilai tukar," jelas Lanjar.

Ia menjelaskan, melihat pertumbuhan kredit telah menginjak double digit di level 10.26% YoY bulan Mei lalu dan inflasi yang stabil di angka 3%, harusnya pemerintah dapat lebih agresif dalam mengevaluasi kebijakan moneter.

Nah, dalam situasi pasar volatile, Lanjar menyarankan agar strategi investasi jangka pendek atau trading pada saham-saham yang telah turun cukup dalam dan saham-saham yang terkena imbas sentimen positif dari kebijakan moneter pemerintah meskipun sifatnya jangka pendek sebagai peredam pelemahan.

"Saham-saham perbankkan seperti BMRI, BBRI, BBTN dan BBNI dan saham-saham property konstruksi seperti BSDE, ASRI, WIKA dan PTPP," katanya.




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×