kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45924,65   -6,71   -0.72%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rasio kredit macet perbankan makin melandai di kuartal III 2018


Senin, 29 Oktober 2018 / 14:08 WIB
Rasio kredit macet perbankan makin melandai di kuartal III 2018
ILUSTRASI. Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK)


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Laju kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) perbankan kian melandai. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan, per September 2018 lalu, rasio NPL perbankan sebesar 2,66%. Angka ini lebih rendah bila dibandingkan periode sama tahun 2017 yakni 2,97%.

Sejumlah bank juga menorehkan perbaikan NPL pada akhir kuartal III-2018 lalu. Misalnya, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) yang mencatat NPL sebesar 4,25% membaik dari 4,92% pada periode kuartal III-2017 lalu.

Direktur Keuangan Bank Jatim Ferdian Timur Satyagraha mengatakan, untuk tahun ini paling tidak rasio NPL tersebut akan ditekan hingga ke bawah level 4%. "Kami target NPL tahun ini di level 3,97%," katanya kepada Kontan.co.id, Senin (29/10).

Dalam upayanya untuk menekan laju NPL, ada beberapa langkah yang sudah disiapkan perseroan. Antara lain menjual jaminan melalui lelang, penagihan, ekspansi kredit, penghapus bukuan bahkan bila dirasa perlu bank bersandi emiten BJTM ini tak ragu untuk mengajukan proses kepailitan bagi debiturnya yang bandel.

Nah bila dirinci berdasarkan segmennya, Ferdian mengungkap, sebanyak 93% NPL Bank Jatim berasal dari korporasi. "Mayoritas NPL lama, dengan persentase 93% dari NPL korporasi," ujarnya.

Walau NPL terbilang tinggi, Bank Jatim sudah melakukan pencadangan cukup besar di tahun ini. Ini tercermin dari posisi NPL net yang sebesar 0,63% di kuartal III-2018 dan menurun dari periode sama tahun lalu 0,72%.

Bila dirinci lebih dalam, penyumbang NPL Bank Jatim berasal dari kredit komersial dengan catatan NPL pada September 2018 mencapai 14,45%. Menurun dari 16,26% pada periode sama tahun lalu.

Adapun, segmen konsumer yang menjadi andalan Bank Jatim masih mencatatkan NPL rendah di level 0,25%. Sementara kredit usaha kecil dan menengah (UKM) masih terbilang tinggi di posisi 6,67%.

Ferdi, sapaan akrab Ferdian menjelaskan, berdasarkan sektornya, mayoritas NPL Bank Jatim disumbang dua sektor kredit yaitu listrik, gas dan air, serta sektor konstruksi.

Catatan Bank Jatim menunjukkan, per September 2018 NPL di sektor listrik, gas dan air mencapai 7,57%. Sementara NPL sektor konstruksi ada di kisaran 5,23%. "Sektor penyumbang NPL terbesar ada di listik, gas dan air serta sektor konstruksi," kata Ferdian.

Kendati demikian, bank milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur ini menyebutkan, posisi NPL tersebut sudah menurun dibandingkan periode sama tahun lalu yang masing-masing sebesar 8,13% dan 6,35%.

Berbeda dengan Bank Jatim, PT Bank Bukopin Tbk justru masih mencatatkan kenaikan NPL pada sembilan bulan pertama tahun 2018. Merujuk pada laporan keuangan, NPL gross per September 2018 ada di level 5,62%. Meningkat 53 basis poin (bps) dari periode sama tahun lalu yang sebesar 5,09%.

Direktur Utama Bank Bukopin Eko Rachmansyah Gindo mengakui bahwa bila dilihat secara tahunan atau year on year (yoy) NPL Bank Bukopin tercatat masih naik.

Menurutnya, tingginya NPL tersebut dikarenakan pada beberapa tahun lalu ada salah satu debitur Bukopin di sektor pertambangan batubara yang mengalami keterlambatan pembayaran.

Eko menjelaskan, hal itu dikarenakan ada beberapa pemisahan pemegang saham di dalam internal debitur tersebut, sehingga terjadi keterlambatan dalam menyelesaikan proses operasional penambangan yang membuat pembayaran kredit menjadi macet. Namun, saat ini debitur tersebut sudah masuk ke kategori kolektibilitas 2 (kol 2) alias lancar pasca masuknya investor baru ke debitur tersebut.

"Segmennya di pertambangan batubara itu sebenarnya dalam setahun terkahir sudah recovery. Memang sempat ada split di pemegang saham sehingga terjadi keterlambatan tapi sekarang sudah lancar karena aktivitas penambangan sudah jalan," ujarnya.

Bank bekode emiten BBKP ini juga menyebut, 60% lebih NPL sudah dicadangkan. Memang, bila dilihat secara NPL net sudah lebih rendah di level 3,76% walau naik tipis dari tahun lalu 3,61%.

Eko pun tidak khawatir akan kesulitan dalam melakukan penyelesaian NPL lantaran seluruh debitur memiliki agunan yang baik. Alhasil, pada tahun ini pihaknya optimistis rasio NPL Bukopin bakal dapat ditekan hingga ke bawah 5%.

"NPL target kami di bawah 5% gross, tapi total kami di September 2018 sudah 60% dikaver (dicadangkan). Mayoritas NPL lama semua, debitur yang pertambangan ada masalah kemarin sudah dapat investor baru dan per Juni lalu sudah kol 2," katanya. Sementara bila dirinci berdasarkan segmen, Bank Bukopin menyebut mayoritas NPL berasal dari debitur mikro dan komersial.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×