kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Prospek penurunan suku bunga BI menguat, katalis positif bagi industri ritel


Kamis, 11 Juli 2019 / 05:10 WIB
Prospek penurunan suku bunga BI menguat, katalis positif bagi industri ritel


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Bank Indonesia (BI) baru saja merilis indeks penjualan riil tumbuh 7,7% secara tahunan (yoy) pada bulan Mei 2019. Pertumbuhan tersebut tidak cukup kuat bila mengingat adanya momen Lebaran dan Idul Fitri. Sebab pada periode yang sama tahun lalu saja, tumbuh 8,3% yoy.

BI juga berekspektasi pada kuartal dua ini, indeks penjualan riil akan tumbuh lebih lambat. Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan, menjelaskan, ekspektasi BI tersebut disebabkan adanya faktor pemilu di bulan April.

"Dan memang tidak bisa disamakan dengan kondisi tahun lalu. Apalagi kondisi politik di Pemilu ini relatif cukup berat dan membuat pasar menahan dalam belanja," jelas Alfred saat dihubungi Kontan, Rabu (10/7).

Baca Juga: Ramayana Lestari Sentosa (RALS) optimistis kinerja di semester II-2019 akan positif

Pada kuartal tiga nanti, seiring dengan tuntasnya pemilu dan terbukanya ekspektasi penurunan suku bunga BI maka akan menjadi katalis yang kuat bagi retail. Saat ini suku bunga BI berada di level 6,75%, tahun lalu BI memang cukup agresif menaikkan suku bunga.

Ini sejalan dengan kebijakan yang di ambil BI untuk preemptive dan ahead the curve mengingat langkah yang di ambil bank sentral Amerika Serikat (AS) alias The Fed yang juga agresif meningkatkan suku bunga.

Alfred melihat dua emiten masih cukup kuat dalam sektor ini. Kedua emiten tersebut adalah PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS), anggota indeks Kompas100  dan PT Matahari Department Store Tbk (LPPF), anggota indeks Kompas100.

Baca Juga: Menuju bulan Ramadan dan Idul Fitri, ini rekomendasi analis atas saham RALS dan LPPF

"LPPF lebih kepada faktor valuasi yang masih murah," jelas Alfred.

Pada penutupan hari ini harga LPPF di level Rp 3.270 turun 1,21% dari penutupan sebelumnya. Saham LPPF memang cenderung memerah sejak awal tahun (ytd). Data menunjukkan pergerakan harga turun 41,61% ytd.
Pada kuartal I-2019, secara valuasinya, hasil dividen tercatat 10,19% dengan price earning ratio (PER) 16,11 kali dan price book value (PBV) 5,15 kali.

LPFF juga membukukan laba bersih Rp 142,5 miliar, meskipun jumlah ini turun hampir separuh dari pencatatan laba periode yang sama tahun lalu yang tercatat Rp 246,74 miliar. Penurunan laba tersebut diikuti dengan penurunan jumlah penjualan dari Rp 1,96 triliun menjadi Rp 1,92 triliun. Serta beban yang juga turun dari Rp 738,75 miliar menjadi Rp 731,92 miliar.

Baca Juga: BI perketat kebijakan moneter, pemerintah fokus belanja dan beri insentif usaha

Sementara itu, harga penutupan RALS hari ini sebesar Rp 1.380 turun 1,78% bila dibandingkan dengan penutupan hari sebelumnya. Bila sepanjang tahun berjalan (ytd), harga tersebut turun 2,82%. Secara valuasi, hasil dividen RALS tercatat 3,62% dengan  PER 31,35 kali dan PBV 2,5 kali.

Adapun secara fundamental, RALS mencatatkan laba Rp 77,5 miliar. Jumlah tersebut naik hingga empat kali lipat dari periode yang sama tahun sebelumnya (yoy) yang tercatat Rp 14,7 miliar. Lebih disebabkan karena penurunan beban pokok penjualan dari Rp 634,7 miliar menjadi Rp 602,22 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×