kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Produksi AS membayangi harga minyak WTI


Rabu, 24 Januari 2018 / 17:36 WIB
Produksi AS membayangi harga minyak WTI
ILUSTRASI. Harga minyak


Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Walaupun punya sejumlah sentimen positif, bukan berarti pergerakan harga minyak mentah tidak dibayangi sentimen negatif. Langkah Amerika Serikat (AS) yang terus menggenjot produksinya patut diwaspadai karena bisa sewaktu-waktu menekan harga.

“Di Februari diperkirakan produksi minyak AS bisa menembus 10 juta barel per hari dari saat ini 9,75 juta barel per hari,” ujar Deddy Yusuf Siregar, analis PT Asia Tradepoint Futures.

Menurutnya, kalau itu benar-benar terwujud, produksi minyak AS akan menyamai dua produsen besar Arab Saudi dan Rusia. Hal itu sama saja membuat langkah OPEC dan sekutunya untuk memangkas produksi menjadi tak berarti.

Selain itu katalis negatif juga datang dari sikap OPEC dan sekutunya yang selama ini hanya sekedar memutuskan untuk memperpanjang periode pemangkasan tanpa menambah jumlah kuota yang dipangkas. Deddy melihat kedua sentimen tersebut bisa membuat harga sulit menembus level US$ 70 per barel. Sepanjang tahun ini, menurut Deddy, pergerakannya hanya akan berada di kisaran US$ 60-US$ 65 per barel.

“Kecuali ada tambahan kuota yang dipangkas, mungkin bisa sampai ke level US$ 70 per barel,” imbuhnya.

Sedangkan, Faisyal, analis PT Monex Investindo Futures masih meyakini harga minyak mampu menyentuh level US$ 70 barel pada Maret atau akhri kuartal I, bahkan mencapai US$ 80 sebarel pada semester I. Walaupun penguatanya sudah terlalu tinggi, tetapi belum ada sentimen negatif yang bisa mendorong harga turun drastis.

“Kalaupun terkoreksi itu hanya profit taking,” kata Faisyal.

Secara teknikal, Deddy melihat pergerakan minyak WTI masih didominasi tren penguatan. Posisi harga masih bergerak di atas garis moving average (MA) 50, MA 100 dan MA 200. Begitu juga dengan indikator moving average convergence divergence (MACD) berada di area positif dan indikator stochatic memberi sinyal naik. Sedangkan, indikator relative strength index (RSI) yang sudah berada di wilayah jenuh beli alias overbought mengisyatkan koreksi.

Deddy menebak, Kamis (25/1), harga minyak WTI akan bergerak pada rentang US$ 63,55-US$ 65 per barel dan sepekan di kisaran US$ 61,40-US$ 65 per barel.

Sedangkan Faisyal memperkirakan, besok, minyak WTI akan berada di kisaran US$ 63,50-US$ 65,80 sebarel dan sepekan bergerak antara US$ 62,00-US$ 66,20 per barel.

Mengutip Bloomberg, Rabu (24/1) pukul 15.00 WIB, harga minyak mentah WTI kontrak pengiriman Maret di Nymex turun 0,08% ke level US$ 64,42 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×