kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Persepsi risiko investasi Indonesia stabil selama periode pemilu


Minggu, 21 April 2019 / 18:22 WIB
Persepsi risiko investasi Indonesia stabil selama periode pemilu


Reporter: Dimas Andi | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki periode pemilu presiden dan legislatif, persepsi risiko investasi di Indonesia masih terlihat stabil. Bahkan, indeks persepsi risiko investasi atau credit default swap (CDS) Indonesia tenor 10 tahun berada di level terendah sepanjang tahun ini, yakni 157,85 pada Rabu (17/4) lalu atau ketika pemilu digelar.

Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Ahmad Mikail menilai, stabilnya CDS Indonesia menunjukkan bahwa para investor, khususnya investor asing, sudah price in dengan segala risiko di Indonesia selama masa pemilu.

Selain itu, kondisi fundamental Indonesia yang masih solid juga mendukung pergerakan CDS Indonesia di periode pemilu. Ini mengingat beberapa hari sebelum pemilu, data neraca dagang Indonesia mampu mencetak surplus US$ 540 juta di bulan Maret 2019 lalu. Sebelumnya, data cadangan devisa Indonesia di bulan Maret 2019 juga naik menjadi US$ 124,53 miliar.

Investor asing sendiri sejatinya masih fokus terhadap isu-isu eksternal. Beruntung, sejauh ini belum ada sentimen eksternal yang benar-benar mengancam kondisi pasar keuangan Indonesia.

“Indonesia tengah diminati asing semenjak The Fed bersikap dovish dan isu perlambatan ekonomi AS mencuat,” ungkap Mikail, Kamis (21/4).

Stabilnya CDS Indonesia di atas kertas dapat mendorong investor asing masuk ke pasar obligasi Indonesia. Terlebih lagi, walau terjadi peningkatan volatilitas, yield surat utang negara (SUN) nyatanya masih memperlihatkan tren penurunan. Kamis lalu (18/4), yield SUN seri acuan 10 tahun berada di level 7,56%. Padahal, seminggu sebelumnya yield SUN 10 tahun masih di area 7,65%.

Namun kepemilikan dana asing di surat berharga negara (SBN) yang tercatat di Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemkeu justru turun Rp 14,43 triliun menjadi Rp 952,69 triliun.

Senior VP & Head of Investment Recapital Asset Management Rio Ariansyah menganggap fenomena tersebut wajar terjadi lantaran di masa pemilu tidak sedikit investor yang mengambil sikap wait and see.

Ia pun optimistis, CDS Indonesia akan melanjutkan tren penurunan sepanjang kuartal kedua. Hal ini kemudian akan diikuti oleh masifnya dana investor asing yang masuk ke pasar obligasi Indonesia. “Namun, dana investor asing yang masuk kemungkinan baru akan optimal setelah proses rekap suara di Komisi Pemilihan Umum (KPU) selesai,” ujar dia, Kamis (18/4) lalu.

Dengan potensi penurunan CDS Indonesia, Rio menilai, investor masih berkesempatan besar untuk melakukan pembelian obligasi baik di pasar primer maupun sekunder.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×