kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perang dagang AS-China tak bikin industri karet khawatir


Kamis, 21 Juni 2018 / 17:30 WIB
Perang dagang AS-China tak bikin industri karet khawatir
ILUSTRASI. Petani menyadap getah karet


Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Sofyan Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perang dagang antara Amerika Serikat dengan China dipercaya tidak akan banyak mempengaruhi iklim bisnis ekspor karet Indonesia. Pasalnya, China diperkirakan bakal tetap menjadi konsumen karet alam terbesar dan memiliki tingkat konsumsi dan daya beli ekonomi yang kuat. Maka permintaan akan karet Indonesia dipercaya bakal tetap aman.

"Sejauh ini tidak ada dampak negatif terhadap dunia karet alam secara langsung," jelas Presiden Direktur PT Indo Komoditi Korpora Tbk (INCF) Sujaka Lays saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (21/6).

Asal tahu, INCF merupakan emiten pengolahan karet alam menjadi bahan baku yang digunakan untuk ban mobil premium. Mayoritas produk mereka atau hingga 60% produksi diekspor ke Eropa, Jepang, China, Amerika Serikat dan Australia. Adapun sejumlah merek yang menggunakan produk INCF adalah Bridgestone, Pirelli, Giti, Nokian Tyres dan Kumho Tires.

Namun demikian, Sujaka mengakui tensi perdagangan AS-China memang cukup mewarnai perdagangan internasional dan mengharapkan kestabilan global segera tercapai.

Serupa, Direktur Eksekutif Gapkindo Suharto Honggokusumo juga melihat perang dagang antara AS-China tidak akan terlalu mempengaruhi neraca dagang ekspor karet Indonesia.

"Pertimbangnya tetap supply dan demand, tidak ada hubungan dengan perang dagang. Kalau bersaing saja sih wajar," jelas Suharto.

Apalagi produksi karet Indonesia ia rasa masih mencukupi untuk kebutuhan dalam negeri dan luar. Sedangkan China memiliki rekam jejak sebagai konsumen karet alam terbesar di dunia sejak tahun 2001.

Suharto menjelaskan, isu persaingan dagang antara China-AS ini sejatinya hanya akan menjadi masalah antar kedua negara tersebut saja. Pasalnya ban buatan China sudah menguasai AS tapi sekarang karena bea masuk tinggi menjadi masalah bagi AS saja.

"Konsumsi dunia sekitar 13 juta ton, konsumsi China sekitar 4,7 juta ton, posisi Indonesia juga masih kuat," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×