kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pemerintah diminta evaluasi program perlindungan sosial


Minggu, 19 September 2021 / 19:31 WIB
Pemerintah diminta evaluasi program perlindungan sosial
ILUSTRASI. Buruh linting rokok beraktivitas di salah satu pabrik rokok di Blitar, Jawa Timur. ANTARA FOTO/Irfan Anshori/foc.


Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan, dari konteks pemulihan ekonomi, sejak terkontraksi pada kuartal II di tahun 2020, pertumbuhan ekonomi secara bertahap mengalami perbaikan sejak kuartal III tahun 2020 sampai dengan kuartal II tahun 2021.

Yusuf menyebut, pemulihan ekonomi tersebut merupakan hasil dari kolaborasi beberapa kementerian/lembaga dengan beragam programnnya. Seperti subsidi gaji oleh Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker), bantuan sosial oleh Kementerian Sosial (Kemensos), dan juga pemulihan ekspor industri oleh Kementerian Perindustrian.

“Hanya saja, memang harus diakui proses pemulihan yang terjadi saat ini masih meninggalkan ruang evaluasi terutama untuk Kemenaker dan Kemensos,” ujar Yusuf saat dihubungi, Minggu (19/9).

Yusuf menilai, salah satu poin evaluasi dari penanganan pandemi dari tahun lalu yaitu penatausahaan proses penyaluran bantuan subsidi gaji/upah (BSU) belum tertib. Seperti bendahara pengeluaran tidak menyelenggarakan pembukuan dan pelaporan Program BSU. Serta pencatatan data penyaluran BSU belum memadai.

Sehingga Data realisasi penyaluran dana BSU tidak akurat, Kementerian Ketenagakerjaan tidak dapat melakukan monitoring penyaluran data secara memadai dan saldo dana di rekening bank penyalur tidak dapat diyakini penerimanya.

Sementara Kementerian Sosial masih harus berhadapan dengan 'masalah klasik' pembaharuan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) yang masih menjadi kendala dalam penyaluran beragam bantuan seperti bansos dan PEN perlindsos.

Baca Juga: Harga telur rendah, peternak ingin pemerintah serap ketersediaan telur untuk bansos

Serta untuk Kementerian Perindustrian, konsolidasi dalam penggunaan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) untuk produk kesehatan menjadi esensial dalam mendukung pemulihan ekonomi terutama dari sisi kesehatan dinilai merupakan catatan yang baik.

“Sebenarnya isu atau diskusi isu Menteri dari Parpol sudah tidak relevan lagi, karena beberapa Menteri di kabinet saat ini juga berasal dari parpol,” ujar Yusuf.

Yusuf menilai belum optimalnya Kemenaker karena memang kebijakan subsidi gaji merupakan kebijakan baru yang belum pernah ada sebelumnya, sehingga mempersulit penyusunan/realisasi kebijakan yang dilakukan oleh Kemenaker. Sementara Kemensos selain karena masalah 'klasik' DTKS bisa dilakukan jika didukung kolaborasi optimal dengan Pemerintah Daerah.

“Namun terlepas dari itu, memang Menteri dari Parpol perlu menjadi sorotan, karena beberapa diantaranya tersandung kasus korupsi, bahkan Mensos sebelumnya terlibat korupsi ketika pandemi berlangsung,” ucap Yusuf.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Emanuel Melkiades Laka Lena menilai, kinerja Kementerian Ketenagakerjaan sudah relatif baik dalam mendukung sektor ketenagakerjaan untuk bertahan selama pandemi Covid-19. Hanya saja perlu ada sejumlah aspek yang mesti ditingkatkan ke depannya.

“Pendataan update peta Ketenagakerjaan se Indonesia perlu disempurnakan, dukungan Kemenaker terkait peningkatan kapasitas tenaga kerja Indonesia melalui pelatihan dan balai latihan kerja,” ucap Melki.

Selanjutnya: Kemekop UKM sebut realisasi penyaluran BPUM sudah capai 99% sampai awal September

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×