kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pelemahan rupiah memberatkan pebisnis penggemukan sapi


Rabu, 03 Oktober 2018 / 17:32 WIB
Pelemahan rupiah memberatkan pebisnis penggemukan sapi
ILUSTRASI. PAKAN TERNAK SAPI


Reporter: Kiki Safitri | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan rupiah di hadapan dollar Amerika Serikat (AS) berdampak bagi impor sapi bakalan dari Australia. Akibatnya, para feedloter mengurangi jumlah pengiriman hingga nilai tukar rupiah kembali stabil.

Anggota Dewan Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo) Achmad yang juga Direktur Utama PT Cadila Lestari menyebutkan, tahun ini aktivitas feedloter hanya 25% untuk melakukan impor sapi Australia.

“Jadi memang menurun aktivitas feedloter, 1 tahun Cuma 25% lah. Jadi baru 25% karena hanya untuk mengisi kandang jangan sampai kosong,” kata Achmad saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (3/10).

Akibat penguatan dollar, Achmad mengaku tidak mampu membawa sapi bakalan dari Australia, apalagi saat ini sistem 1 : 5 sudah diberlakukan. Setiap mengimpor lima ekor sapi bakalan, importir harus mendatangkan satu sapi indukan.

“Belanja sapi enggak kuat, dollar-nya naik, sapi di sana harganya tinggi. Jadi kalau sapi dibawa ke sini enggak bisa, karena belanja saya ke Australi dengan dollar, sapi dibawa ke sini tambal pakai rupiah,” ungkapnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Wakil Ketua Dewan Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo), Didiek Purwanto. Ia menyebut bahwa kebijakan 1 : 5 memang berdampak pada bisnis impor sapi.

Bila bisnis penggemukan sapi ini tidak berlanjut, stok daging dalam negeri akan berkurang sekaligus tergantung kepada impor daging beku yang semakin meningkat.

“Pertama kan semua feedloter belum bisa prediksi ke depan bisnis ini bagaimana. Peraturan menteri mengenai impor sapi 1:5 itu juga belum ada perkembangan harus bagaimana. Karena kalau seandainya itu tetap dipaksakan semua feedloter akan memperhitungkan untuk mengurangi dan mungkin tidak melakukan impor lagi,” ungkapnya.

Achmad menyebut bahwa solusi agar impor sapi bisa terus dilakukan tanpa memberatkan pengusaha adalah dengan nilai tukar rupiah yang mampu dikendalikan.

“Saya ya bingung, ya karena belanja saya ke Australia degnan Dollar, sapi dibawa kesini tambal pakai Rupiah,” ujar Achmad.

Didiek juga kebijakan dari Menteri Perdagangan ini memang tidak membatasi impor, hanya saja berlakunya sistem 1 : 5 wajib diterapkan alhasil maka sapi yang ada hanya dipenuhi oleh betina produktif tidak dapat digemukkan karena harus di kandangi selama tiga tahun.

“Batasnya tidak ada, asal dengan melakukan perbandingan 1 : 5 , sistem itulah yang akhirnya mengakumulasi semua feedloter untuk mengurangi jumalh impornya, jika dipaksakan jumlah sapi yang ada di kandang akhirnya akan dipenuhi oleh betina produktif yang tidak memungkinkan untuk dipelihara dengan model penggemukan karena ditahan sampai 3 tahun,” tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×