kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Para pekerja China di kawasan Indonesia Morowali Industrial Park


Selasa, 07 Agustus 2018 / 16:50 WIB
Para pekerja China di kawasan Indonesia Morowali Industrial Park
ILUSTRASI. Kondisi Ruang Kontrol PT IMIP


Reporter: Abdul Basith | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - MOROWALI. Kawasan industri pengolah logam yang dikelola oleh PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) menjadi gula bagi semut pencari kerja.

Kawasan pabrik dengan 16 perusahaan di dalamnya ini membutuhkan pekerja yang besar. Bahkan hingga akhir tahun IMIP masih melakukan perekrutan pekerja secara besar.

Per harinya mencapai 500 orang yang datang untuk melamar kerja di kawasan IMIP. Pencari kerja lokal, dikumpulkan dalam satu ruangan untuk mengikuti tahapan dalam pencarian kerja.

Terdapat tiga kriteria pencarian kerja di kawasan IMIP. Pertama adalah pekerja tanpa kemampuan, kedua adalah pekerja dengan kemampuan, kriteria ketiga adalah pekerja yang dipersiapkan sebagai tenaga ahli.

Sebelumnya tenaga ahli di IMIP merupakan tenaga kerja asing (TKA). Perekrutan dilakukan untuk menggantikan posisi TKA tersebut dengan pendidikan di dalam mengingat penguasaan teknologi.

"Ada 2.000 yang akan dipromosikan untuk menjadi pegawai berkemampuan menjadi operator, tetapi untuk menjadi expert butuh pengalaman," ujar Manager Human Resource Development (HRD) IMIP, Achmanto Mendatu saat menemani wartawan berkeliling di kawasan IMIP.

Saat ini pun ribuan pekerja berlalu lalang tiap harinya menjalankan produksi di kawasan IMIP. Tidak hanya tenaga kerja asal Indonesia, pada kawasan IMIP pun terdapat tenaga kerja asing (TKA).

Terlihat dalam setiap unit di kawasan IMIP terdapat TKA yang bekerja. Beberapa TKA pun tidak hanya di kantor, tetapi juga menjadi operator.

Beberapa TKA terlihat melintas mengendarai truk. Baik truk kecil yang digunakan untuk mengangkut barang umum hingga truk besar yang digunakan untuk mengangkut bahan nikel cair.

Berdasarkan laporan IMIP hingga 31 Juli total pegawai yang bekerja langsung di kawasan IMIP mencapai 28.568. Sebanyak 3.121 merupakan TKA yang berasal dari China.

TKA dari China diambil melihat dari investor yang juga berasal dari China. Pemasukan TKA China tersebut dinilai melihat dari investasi yang juga berasal dari negara tersebut.

"Seperti membeli pendingin ruangan (Air Conditioner/AC) yang memasang kan pasti penjualnya," ujar Chief Executive Officer (CEO) IMIP Alexander Barus saat menemui wartawan.

Alex bilang melihat teknologi smelter yang merupakan barang baru di Indonesia membuat teknologi yang digunakan pun dibawa dari luar. Hal itu membuat kesulitan bagi industri untuk menggunakan tenaga kerja Indonesia.

Meski begitu IMIP melakukan transfer pengetahuan untuk menggeser TKA. Hal itu dilakukan dengan cara pekerjaan tandem antara TKA dengan pekerja Indonesia.

Namun, tidak semua bidang pekerjaan dapat dilakukan secara tandem. Pekerjaan yang dilakukan secara tandem hanya bagi bidang yang kritis.

"Tandem atau pendampingan untuk bidang critical, dulu control room dua orang, satu China, satu Indonesia, tidak semua bisa tandem karena memerlukan biaya," cerita Alex.

Alex bilang akan menekan penggunaan TKA di IMIP. Terus menurun, Alex menargetkan TKA yang terdapat di kawasan IMIP bisa turun hingga di bawah 10%.

Semakin turunnya penggunaan dinilai akan semakin membuat efisien biaya jangka panjang. Mempekerjakan TKA memerlukan biaya tambahan dikarenakan terdapat tunjangan khusus bagi pekerja yang bekerja di luar negeri.

Selain itu transfer pengetahuan juga akan membuat keberlangsungan IMIP lebih aman. Asal tahu saja saat ini IMIP merupakan kerja sama Bintang Delapan Group asal Indonesia dengan Tsingshan Steel Group.

"Kalau pihak China pergi proyek ini bisa berhenti," cerita Alex.

Upaya perekrutan pun digenjot untuk mempersiapkan pihak Indonesia mengisi posisi tenaga ahli. Selain itu ada pula Politeknik Industri Logam (PIL) Morowali yang bekerja sama dengan IMIP.

Mahasiswa yang menempuh pendidikan di PIL Morowali tersebut juga akan dipekerjakan di IMIP. Terdapat tiga program studi di politeknik tersebut yaitu listrik dan instrumentasi, kimia mineral, dan perawatan mesin yang diisi oleh total 96 mahasiswa.

Kualitas politeknik pun diakui merupakan yang terbaik mengingat terpenuhinya 50% pengajar dari industri yang berasal dari IMIP dan 50% pengajar teori yang berasal dari dosen di Morowali, Makassar, dan Bandung.

Dosen yang berasal dari industri pun juga mendatangkan TKA sehingga terdapat transfer ilmu. TKA yang menggunakan bahasa China disertai penerjemah dalam menyampaikan materi.

"Pada tahun kedua juga mahasiswa akan magang langsung di IMIP," ujar Kepala Program Studi PIL Morowali, Justiadi.

Perlakuan TKA pun dinilai sama dengan perlakuan yang diberikan kepada tenaga kerja Indonesia. Terdapat mess yang terdapat di kawasan IMIP.

Mess itu digunakan tidak hanya untuk TKA tetapi juga untuk tenaga kerja Indonesia. Selain mess dalam IMIP, terdapat pula Rumah Susun (Rusun) yang berlokasi tidak jauh dari kawasan IMIP.

Terdapat 11 Rusun di dekat kawasan IMIP. Sebanyak 3 dibangun atas kerja sama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan 8 dibangun oleh IMIP.

Tidak hanya mess, dalam kawasan IMIP juga terdapat kantin yang digunakan untuk tenaga kerja makan. Kantin tersebut dipisahkan antara TKA dengan tenaga kerja Indonesia mengingat adanya kandungan makanan non halal dalam makanan TKA.

Koki yang memasak untuk kantin bagi TKA merupakan koki yang didatangkan dari China. Sementara untuk bahan makanan berasal dari daerah sekitar Morowali seperti Makassar, Kendari, dan daerah lokal.

TKA China yang bekerja di IMIP pun diakui berganti. Namun, ada pula TKA yang bertahan selama 7 tahun bekerja di IMIP.

Pekerja China menggunakan visa bekerja untuk masuk dan bekerja di IMIP. "Kami menggunakan visa bekerja yang diperpanjang setiap tahunnya," cerita salah satu TKA yang bekerja sebagai Manager Pengembangan Kawasan di IMIP Li Qiang.

Li Qiang bilang saat ini TKA yang ada di IMIP telah menurun. Kondisi yang jauh dari rumah membuat TKA tidak kerasan bekerja di IMIP.

Li Qiang pun selama tujuh tahun kerap pulang ke China. Ia bilang pulang ke China untuk cuti selama dua minggu setelah tiga bulan sekali bekerja di IMIP.

Kebanyakan TKA pun merupakan pekerja konstruksi. Oleh karena itu ketika pembangunan telah selesai, TKA tersebut akan kembali ke negaranya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×