kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Oxford Economics memprediksi ekonomi Indonesia tumbuh 4,7% tahun ini dan 7% di 2022


Rabu, 21 April 2021 / 06:15 WIB
Oxford Economics memprediksi ekonomi Indonesia tumbuh 4,7% tahun ini dan 7% di 2022


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonomi Indonesia berada di jalur pemulihan setelah kontraksi 2,1% pada tahun lalu. Oxford Economics memperkirakan PDB kuartal pertama 2021 akan turun 2,5% secara tahunan. Angka ini lebih pesimistis jika dibandingkan dengan prediksi pemerintah.

Oxford Economics mengungkapkan bahwa pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) tahun ini masih berada di bawah tren. Oxford Economics memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini berada di 4,7%. Angka tersebut masih lebih tinggi ketimbang prediksi IMF pada 4,3% dan konsensus pada 4,6%. 

Prediksi pertumbuhan ekonomi ini ditopang oleh penurunan kasus corona sejak Februari yang turut mendukung pergerakan ekonomi. Apalagi, tingkat vaksinasi juga meningkat dengan stabil.

Oxford Economics memperkirakan PDB Indonesia akan tumbuh 7% pada tahun depan. "Syaratnya, peluncuran vaksin akan rampung di semester pertama 2022 dan efektif sehingga infeksi Covid bisa diatasi," ujar Ekonom Oxford Economics Sung Eun Jung dalam riset, Senin (19/4). Pertumbuhan yang tinggi inilah yang bisa menyebabkan rupiah kembali menguat tahun depan.

Baca Juga: BI optimistis ekonomi kuartal II-2021 tumbuh hingga 7%, berikut faktor pendorongnya

Oxford Economics memperkirakan pergerakan suku bunga selanjutnya akan mengarah naik. Prediksinya, suku bunga akan tetap sebelum naik pada tahun 2023. "Ini dengan asumsi tidak ada lonjakan besar infeksi virus corona domestik yang akan menyebabkan hambatan pemulihan permintaan dan memaksa Bank Indonesia kembali memangkas suku bunga lebih lanjut," kata Jung.

Rupiah diperkirakan menguat tahun depan setelah melemah 4,2% tahun ini. Jung memperkirakan, kurs rupiah akan ditutup pada Rp 14.640 per dolar AS pada 2021. Akhir tahun lalu, kurs rupiah ditutup pada Rp 14.050 per dolar AS.

Jung menambahkan bahwa rupiah tidak akan tumbang seperti yang terjadi pada Maret tahun lalu yang mencapai Rp 16.575 per dolar AS. Alasannya, ekonomi Indonesia berada dalam jalur pemulihan dan porsi kepemilikan asing pada surat utang negara (SUN) menurun. "Kami memperkirakan penurunan ini akan membantu menahan pergerakan aliran portofolio dan bank sentral akan melanjutkan intervensi di pasar untuk menopang kurs," ungkap Jung.

Baca Juga: Jaga rupiah, BI menahan BI 7 day reverse repo rate di level 3,50%

Oxford Economics memperkirakan Bank Indonesia tidak akan menaikkan suku bunga dalam jangka pendek karena inflasi masih rendah. "Kami memperkirakan rupiah akan melemah 0,7% secara kuartalan di kuartal kedua dari kuartal pertama dan cenderung flat hingga akhir tahun dan berakhir pada Rp 14.640 per dolar AS," ungkap dia.

Sebelumnya, Oxford Economics memprediksikan bahwa rupiah berpotensi menguat tipis pada tahun ini. Pada akhir 2020 lalu, kurs rupiah ditutup pada Rp 14.050 per dolar AS. Artinya, tahun ini rupiah diperkirakan melemah 4,27%. "Mulai tahun 2022, kami memperkirakan rupiah akan melanjutkan tren penguatan," imbuh Jung.

Baca Juga: Review Portofolio Investasi Selama Kuartal I 2021, Tak Selamanya Lesu

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×