kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Masih belum ada kepastian, IHSG rawan terkoreksi jelang akhir pekan


Kamis, 23 Mei 2019 / 19:17 WIB
Masih belum ada kepastian, IHSG rawan terkoreksi jelang akhir pekan


Reporter: Yoliawan H | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kendati Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat tajam 1,57% ke level 6.032,70 pada perdagangan Kamis (23/5), IHSG masih rawan untuk terkoreksi. Pasalnya ketidakpastian masih akan membayangi pergerakan IHSG di akhir pekan ini.

Analis Royal Investium Wijen Pontus mengatakan bahwa masih banyak ketidakpastian yang akan mendera IHSG. Menurutnya, perang dagang dan aksi kegaduhan politik dalam negeri terkait aksi demonstrasi masih belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir.

“Ketidakpastian ini menyebabkan IHSG jadi rawan terkoreksi. Untuk jangka pendek, IHSG akan dibatasi oleh resistance di 6.050-6.100. Ada peluang IHSG untuk terkoreksi lagi below 5.800,” ujar Wijen kepada Kontan.co.id, Kamis (23/5).

Menurutnya, IHSG baru akan terkonfirmasi bergerak naik jika pasangan calon presiden yang kalah tidak memutuskan untuk datang ke Mahkamah Konstitusi (MK),atau jika gugatannya ditolak dan tidak ada demo lanjutan.

“Sebelum itu terjadi, IHSG masih akan fluktuatif dan cenderung konsolidasi di 5.700-6.100 saja. Sebaiknya perbanyak cash, dan trading saja. Jangan hold terlalu lama. Perhatikan sektor trade, consumer, dan basic industry,” ujar Wijen.

Analis Samuel Sekuritas, Muhammad Alfatih mengatakan, IHSG sudah turun cukup dalam dari level 6.600 ke level 5.700. Faktor utamanya setelah muncul data defisit neraca perdagangan yang cukup dalam.

“Namun ini memberi kesempatan pembelian saham yang cukup murah. Keputusan pasangan calon 02 untuk mengambil jalan konstitusi melalui pelaporan ke MK juga diharapkan meredakan tekanan politik. Ke depan, sentimen yang akan menguji IHSG adalah perang dagang yang terkait dengan nilai tukar dan harga minyak,” ujar Alfatih.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×