kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45932,69   4,34   0.47%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Masih ada ketidakpastian, LPEM FEB UI imbau BI tahan suku bunga acuan


Kamis, 21 Januari 2021 / 11:18 WIB
Masih ada ketidakpastian, LPEM FEB UI imbau BI tahan suku bunga acuan
ILUSTRASI. Bank Indonesia's logo is seen at Bank Indonesia headquarters in Jakarta, Indonesia, September 2, 2020. REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana


Reporter: Bidara Pink | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) mengimbau Bank Indonesia (BI) untuk menahan suku bunga acuan di level 3,75% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Januari 2021.

"BI harus menahan suku bunga acuan dengan tetap menjaga kebijakan makroprudensial untuk mengelola stabilitas sektor keuangan," ujar ekonom LPEM UI Teuku Riefky dalam laporan yang diterima Kontan.co.id, Kamis (21/1).

Riefky juga bilang, keputusan BI untuk menahan suku bunga acuan juga dipicu tanda-tanda pemulihan yang penting masih belum terlihat di Indonesia bahkan hingga akhir tahun 2020. Ini juga menimbulkan berbagai ketidakpastian di perekonomian domestik.

Baca Juga: Simak pergerakan IHSG jelang pengumuman suku bunga BI

Contohnya, kasus harian Covid-19 malah semakin melambung, dan bahkan beberapa kali menyentuh angka tertingginya dan mendorong pemerintah untuk kembali menerapkan pembatasan aktivitas, mengingat kapasitas fasilitas kesehatan publik juga terbatas.

Dari sisi sektor keuangan dan sektor riil, ekskalasi kedua sektor tersebut masih belum ada kejelasan karena sangat bergantung pada situasi pandemi yang sedang berlangsung.

Dari sisi ketersediaan likuiditas, sistem perbankan domestik juga mengalami kesulitan untuk menyalurkan ke penggunaan yang lebih produktif. Permasalahan terhambatnya kredit saat ini berasal dari sisi permintaan karena terhentinya sektor riil akibat pandemi yang berkepanjangan.

Terlepas dari ketidakpastian tersebut, Riefky tetap melihat adanya perkembangan positif yang terjadi. Seperti, arus modal asing yang masuk secara masif ke pasar keuangan domestik. Ini menunjukkan kalau kepercayaan investor asing makin kuat.

Dengan menguraikan komponen neraca pembayaran Indonesia, dari sisi neraca keuangan, hasil pemilu AS, dan peluncuran vaksin memicu sentimen positif oleh investor yang membuat arus modal mengalir ke negara berkembang dan menyebabkan apresiasi mata uang negara berkembang dengan cepat, termasuk Indonesia.

Baca Juga: Jelang penentuan suku bunga BI, IHSG diproyeksikan kembali menguat Kamis (21/1)

Arus modal yang mengalir masuk secara masif juga menyebabkan menumpuknya cadangan devisa BI yang hingga Desember 2020 mencapai US$ 135,9 miliar.

Jumlah cadangan devisa yang disimpan BI menunjukkan jumlah likuiditas yang cukup untuk memenuhi kewajibannya dalam menjaga stabilitas harga mata uang.

"Hal ini mungkin menjadi permulaan yang baik dalam hal kapasitas BI untuk bertahan di tahun 2021," tandas Riefky.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×