kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Lifting migas semester I-2019 hanya mencapai 90% dari target yang di tetapkan APBN


Selasa, 09 Juli 2019 / 20:54 WIB
Lifting migas semester I-2019 hanya mencapai 90% dari target yang di tetapkan APBN


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat data produksi siap jual (lifting) minyak dan gas bumi pada semester I-2019 mencapai 1.808.000 Barel Oil Equivalent Per Day (boepd).

Jumlah tersebut setara dengan 90% dari target rata-rata harian yang tertera dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Kepala Program dan Komunikasi SKK Migas Wisnu Prabawa Taher merinci, total lifting migas tersebut terdiri dari lifting minyak sebesar 752.000 barrel oils per day (bopd) atau 97% dari target APBN.

Baca Juga: Begini cara Pemprov Jawa Timur membangun kota metropolitan

Sedangkan untuk lifting salur gas hingga paruh pertama tahun ini sebesar 5.913 million standard cubic feet per day (mmscfd) atau 86% dari target APBN.

"Secara umum decline rate saat ini secara alamiah rata-rata pada kisaran 15%-20% pada mayoritas lapangan mature di Indonesia," kata Wisnu saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (9/7).

Kendati demikian, Wisnu meyakinkan bahwa decline rate, khususnya untuk minyak akan dapat diminimalkan di bawah 5%. Hal itu dilakukan dengan pengembangan baru melalui pengeboran sumur baru, onstream proyek baru, dan pemeliharaan yang optimal.

Wisnu berharap, pada Semester II-2019, sejumlah lapangan akan mulai onstream. Yakni lapangan YY-ONWJ, Panen-Jabung, dan Kedung Keris-Cepu. "Itu akan memberikan tambahan produksi minyak secara total sekitar 10.000 bopd, mulai Kuartal IV 2019," jelas Wisnu.

Baca Juga: Pertamina lakukan eksplorasi survei seismik di perairan Selat Malaka

Sementara itu, tambahan produksi minyak lainnya di Semester II juga diharapkan datang dari Blok Merangin II, dengan tambahan produksi sekitar 1.500 bopd dari produksi eksisting di awal tahun 2019.

Lebih lanjut, Wisnu menyatakan bahwa penyerapan oleh buyers menentukan realisasi lifting gas. Salah satunya kargo LNG di Bontang yang belum diserap maksimal oleh Pertamina sebagai buyer.

"Akhirnya menyebabkan harus ada penurunan intake gas di Bontang, rata-rata sekitar 200 mmscfd dari semua gas producer di Kaltim sejak awal bulan Juni 2019 hingga saat ini," terang Wisnu.

Baca Juga: Kejar Rasio Listrik, Kontraktor Migas Hingga Perusahaan Minerba dilibatkan premium

Adapun, beberapa sumur pengembangan baru, antara lain di Mahakam dan Pangkah masih belum memberikan output produksi yang optimal dan masih di bawah prognosis. "Di harapkan pengeboran sumur baru di Semester II 2019 dapat lebih baik hasilnya," ungkap Wisnu.

Seiring dengan estimasi kebutuhan energi yang lebih besar pada Semester II-2019, Wisnu memperkirakan penyerapan gas, termasuk LNG oleh semua buyer akan lebih maksimal. Sehingga, secara keseluruhan penyerapan gas bisa lebih baik di Semester II 2019.

Sampai akhir Semester I 2019, kata Wisnu, sudah onstream proyek gas di TSB Phase 2 dan Seng Segat. Dengan tambahan produksi secara total saat ini sekitar 220 mmscfd, dan diserap oleh buyer domestik.

Wisnu bilang, masih terdapat enam proyek gas hingga akhir tahun 2019. Estimasi tambahan total produksi gas sebesar 280 mmscfd untuk Semester II 2019.

Baca Juga: Menteri BUMN akan melihat faktor penyebab kenaikan impor migas

Wisnu pun meyakinkan, SKK Migas bersama mitra Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) akan terus berupaya melaksanakan program pengembangan secara berkelanjutan. "Juga melaksanakan eksplorasi untuk mencari cadangan migas yang baru," tandasnya.

Adapun, lima KKKS yang menyumbang lifting minyak terbesar adalah: (1) ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) dengan 220.000 bopd, (2) PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) sebesar 194.000 bopd, (3) Pertamina EP dengan 80.000 bopd, (4) Pertamina Hulu Mahakam (PHM) sebesar 37.000 bopd, dan (5) Pertamina Hulu Energi (PHE) OSES dengan 29.000 bopd. Jumlah lifting dari kelima KKKS itu setara dengan 75% dari total lifting minyak nasional.

Sementara untuk gas, lima KKKS penyumbang lifting terbesar adalah (1) BP Tangguh : 971 mmscfd (174.000 boepd); (2) COPHI Grissik : 827 mmscfd (148.000 boepd); (3) Pertamina EP : 768 mmscfd (137.000 boepd); (4) PHM : 662 mmscf (118.000 boepd); dan (5) ENI Muara Bakau : 589 mmscfd (105.000 boepd). Jumlah lifting dari kelima KKKS itu setara dengan 65% dari total lifting gas nasional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×