kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Krakatau Steel mengatur strategi hadapi beleid bea impor baja AS


Senin, 05 Maret 2018 / 08:41 WIB
Krakatau Steel mengatur strategi hadapi beleid bea impor baja AS
ILUSTRASI. Suasana Pabrik Krakatau Steel


Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana Amerika Serikat (AS) mengenakan bea impor baja dan aluminium membuat para pengekspor komoditas tersebut cemas. Termasuk juga PT Krakatau Steel Tbk (KRAS).

Purwono Widodo, Direktur Pemasaran KRAS, mengatakan, meski saat ini KRAS tidak ekspor ke AS, tapi ia khawatir efek domino dari beleid tersebut. Terutama, jika produk baja China juga dihalangi untuk masuk ke pasar AS.

Presiden AS Donald Trump akan menetapkan bea masuk baja 25% dan aluminium 10%. "Ada kemungkinan China akan mengalihkan alokasi ekspor AS ke pasar Asia Tenggara, termasuk Indonesia," kata Purwono pada Kontan.co.id, Minggu (4/3).

Menurut dia, jika pengalihan ekspor tersebut terjadi, baja paduan China yang bebas bea masuk anti dumping akan membanjiri Indonesia. Bila ini terjadi bisa mengakibatkan perdagangan yang tidak adil. Purwono berharap pemerintah bisa mengambil tindakan dan melindungi baja lokal dari perdagangan tak adil itu.

Salah satu bentuk perlindungan itu dengan menegakkan aturan-aturan peningkatan penggunaan produksi dalam negeri (P3DN) dan prasyarat tingkat komponen dalam negeri (TKDN). "Intinya, mengharuskan penggunaan produk domestik untuk yang sudah bisa diproduksi," kata Purwono.

Secara bisnis, KRAS juga bakal berupaya untuk meningkatkan kepuasan pelanggan. "Singkatnya, memaksimalkan keunggulan produsen domestik dan melayani konsumen domestik dibandingkan dengan produk impor," ujar dia.  

Muhammad Nafan Aji, analis Binaartha Parama Sekuritas, mengatakan, permintaan terhadap kebutuhan baja untuk pembangunan infrastruktur domestik masih akan meningkat pada tahun ini. Pemerintah i tetap akan berpihak pada industri baja nasional. "Saya rasa pemerintah akan menduukan produk baja dalam negeri untuk pembangunan infrastruktur," ujar Nafan

Menurut dia, jika tingkat produksi baja domestik masih belum mencukupi kebutuhan, seiring gencarnya pembangunan infrastruktur, baru pemerintah akan mempertimbangkan penggunaan baja impor.

Untuk saham KRAS, Nafan melihat adanya pola bullish spinning tip candle yang mengindikasikan adanya potensi stimulus beli. Untuk itu, Ia merekomendasikan beli dengan harga bertahap di angka  Rp 545, Rp 595, Rp 625, Rp 650 dan Rp 755.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×