kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kehadiran sistem logistik ikan nasional mendesak


Rabu, 16 Januari 2013 / 09:31 WIB
Kehadiran sistem logistik ikan nasional mendesak
ILUSTRASI. Bank Indonesia


Reporter: Handoyo | Editor: Sandy Baskoro

JAKARTA. Pengusaha makanan olahan berbasis ikan meminta pemerintah segera mewujudkan Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN). Kehadiran sistem tersebut bertujuan memperkuat persediaan ikan nasional dan mengantisipasi menipisnya pasokan akibat sejumlah faktor, seperti cuaca ekstrem yang terjadi belakangan ini.

Wakil Ketua Komite Tetap Litbang Industri Pengolahan Hasil Perikanan Kamar Dagang dan Industri Indonesia, Erwin Hartono mengatakan, musim angin barat seperti saat ini menyebabkan produksi ikan hasil tangkapan berkurang 40%. "Kondisi ini masih terjadi hingga tiga bulan ke depan," kata Erwin, kemarin.

Seperti diketahui, gelombang tinggi yang melanda sebagian perairan di Indonesia menekan industri pengolahan ikan. Pasokan ikan bahan baku berpotensi turun karena sebagian besar nelayan berhenti melaut (Harian KONTAN, 15 Januari 2013).

Melihat kondisi seperti ini, Erwin mengharapkan pemerintah segera merealisasikan SLIN. Program tersebut bisa menjamin keamanan suplai ikan pada saat musim paceklik seperti saat ini.

Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Saut Hutagalung, belum lama ini mengemukakan, pemerintah menargetkan program SLIN mulai terlaksana tahun ini.

Dalam skema program ini, pembenahan sistem logistik ikan nasional dilakukan dengan membangun dua koridor distribusi ikan dari lumbung ikan ke sentra olahan. Dua koridor tersebut meliputi jalur timur-barat, yakni Maluku-Jawa Timur dan jalur utara-selatan yakni Kendari-Jawa Timur.

Demi melancarkan sistem itu, KKP akan membangun tempat penyimpanan atau cold storage di lokasi strategis, seperti di Kendari dengan kapasitas 500 ton, Bau-Bau dan Banggai, berkapasitas 50 ton-100 ton. Kemudian di Ambon, berkapasitas 500 ton, Brondong dan Jakarta masing-masing sekitar 1.000 ton hingga 2.000 ton.

Berdasarkan data KKP, nilai ekspor produk perikanan di 2012 mencapai US$ 3,90 miliar dan impor US$ 520 juta. Dus, neraca perdagangan produk perikanan tahun lalu surplus US$ 3,38 miliar.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, volume impor hasil perikanan selama Januari-Oktober 2012 mencapai 281.000 ton. Jumlah ini menyusut 25% dibanding periode sama 2011. Indonesia antara lain mengimpor ikan salmon, tepung ikan, makanan udang, tepung udang, agar-agar, ikan kering.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×