kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jepang Siap Suntik Dana US$ 367 Juta di Proyek Inalum


Senin, 17 Mei 2010 / 09:49 WIB
Jepang Siap Suntik Dana US$ 367 Juta di Proyek Inalum


Reporter: Herlina KD |

JAKARTA. Saat Pemerintah Indonesia sibuk mengkaji kelanjutan kerjasama dengan 12 investor Jepang yang tergabung dalam Nippon Asahan Aluminium (NAA), termasuk mencari investor baru, rupanya, para investor Jepang tersebut memperkuat daya tawarnya. Caranya, mereka menawarkan tawaran baru, yaitu meningkatkan kapasitas dan menambah investasi.

Ketua Otorita Asahan Effendi Sirait mengatakan, ia telah menerima proposal tersebut 12 Mei 2010 lalu. Dalam suratnya, NAA menyatakan, jika Indonesia memperpanjang kontrak yang akan berakhir 2013, maka mereka siap menambah kapasitas pengolahan aluminium dari 250.000 ton per tahun menjadi 317.000 ton per tahun dengan investasi US$ 367 juta.

Keinginan investor Jepang melanjutkan proyek tersebut cukup beralasan. Soalnya, menurut Effendi, kinerja Inalum terus membaik. Tahun lalu Inalum hanya rugi US$ 72 juta, jauh lebih kecil dibandingkan kerugiannya tahun 2003 sebesar US$1,2 miliar.

Namun, sejauh ini tim teknis pemerintah Indonesia belum membahas proposal tersebut. Soalnya, Effendi memang belum meneruskan proposal tersebut ke pemerintah. "Nanti akan kami bawa ke pemerintah, yakni Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai badan pembina," kata Effendi, Jumat (14/5). Ia berharap sebelum 31 Oktober 2010 sudah ada keputusan mengenai nasib kerjasama proyek Asahan tersebut.

Sekadar mengingatkan, kontrak kerjasama antara investor Jepang dan pemerintah Indonesia dalam proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Asahan dan Pabrik Peleburan Alumunium (PPA) yang selama ini dikelola PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) akan selesai 2013. Sesuai perjanjian, kedua pihak harus memutus nasib kerjasama tersebut sebelum 1 November 2010.

Saat ini, pemerintah tengah mengkaji kelanjutan kerjasanya dengan investor Jepang tersebut. Pemerintah telah membentuk tim teknis di bawah koordinasi Kementerian Perindustrian. Dalam proyek tersebut, pemerintah melalui Otorita Asahan memiliki 41,12% saham, sedang NAA 58,88%

Sebelumnya, Menteri Negara BUMN Mustafa Abubakar menginginkan Inalum dikelola sepenuhnya oleh Pemerintah Indonesia. Bahkan ia meminta PT Aneka Tambanag Tbk dan PT Krakatau Steel mengambil-alih saham NAA tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×