kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini tiga strategi mitigasi bencana yang dilakukan Kementerian ESDM


Jumat, 04 Januari 2019 / 12:26 WIB
Ini tiga strategi mitigasi bencana yang dilakukan Kementerian ESDM
ILUSTRASI. Tsunami Selat Sunda


Reporter: Azis Husaini | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), melalui Badan Geologi memiliki tugas dan fungsi terkait kebencanaan, yakni melakukan penelitian dan pelayanan mitigasi di bidang bencana geologi.

Kementerian ESDM juga telah merumuskan strategi mitigasi bencana geologi melalui Peraturan Menteri ESDM Nomor 15 Tahun 2011 tentang Pedoman Mitigasi Bencana Gunungapi, Gerakan Tanah, Gempa Bumi, dan Tsunami.

Strategi pertama adalah melakukan penelitian atau kajian terhadap aspek-aspek yang menjadi bencana geologi, baik itu gunung api, gempa bumi, longsor dan tsunami. Pemantauan gunungapi telah dilakukan pada 127 gunungapi aktif, dan 69 di antaranya dipantau selama 24 jam dalam sehari. Salah satunya Gunung Anak Krakatau.

Kepala Badan Geologi, Kementerian ESDM Rudy Suhendar mengatakan, semua kajian sudah selesai dan sudah tersebar di berbagai daerah.

Pemerintah juga sudah mengembangkan monitoring, khususnya terkait pemantauan gunung api. Dari 127 gunungapi aktif di Indonesia, 69 gunungapi dipantau 24 jam sejak beberapa tahun yang lalu.

"Termasuk Anak Gunung Krakatau yang di Selat Sunda. Anak Gunung Krakatau mulai aktif pada tahun ini pada tanggal 29 Juni 2018," kata dia dalam situs kementerian esdm, Jumat (4/1).

Strategi yang kedua adalah melakukan pemetaan yang diharapkan akan mengeluarkan Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gunung Api, Gempa Bumi, Tsunami, dan Gerakan Tanah. "Itu semuanya telah kita lakukan dan telah kita sampaikan ke Pemerintah Daerah atau otoritas-otoritas yang menggunakannya," terangnya.

Salah satu peta KRB yang telah dipublikasi adalah Peta KRB Tsunami, di mana pesisir Banten serta Lampung sudah termasuk di dalamnya sejak tahun 2009.

"Pesisir Banten dan Lampung itu pada tahun 2009 sudah publish Peta KRB Tsunami, bukan hal yang baru. Berkaitan dengan tata ruang, sebenarnya kalau tata ruangnya kuat, berbasis kebencanaan, sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004, itu tidak akan terjadi masalah sebenarnya. Itu masalah implementasi," tandas Rudy.

Strategi yang ketiga adalah melakukan sosialisasi. Rudy pun mengungkapkan bahwa sosialisasi yang dilakukan Badan Geologi masih terdapat keterbatasan karena lingkup kerja yang begitu luas.

Dia pun mengharap adanya sosialisasi terkait mitigasi bencana dari Pemerintah Daerah. Badan Geologi juga berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).

"Memang ada keterbatasan karena lingkup kerja dari Badan Geologi dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. Maka diharapkan sosialisasi itu datang dari Pemerintah Daerah, kita juga koordinasi bersama BNPB, BPBD, jadi semua data kita itu disampaikan," ujar Rudy.

Salah satu kerja sama yang baik dalam mitigasi kebencanaan adalah mitigasi bencana Gunungapi Merapi. Menurut Rudy, kelompok masyarakat maupun lembaga non pemerintah di wilayah Merapi telah terbangun dengan baik.

"Kita ambil contoh Merapi, mulai awal tahun 2018, kita lakukan kerja sama secara intensif dengan masyarakat. Karena dalam mitigasi, kapasitas yang harus ditingkatkan adalah kapasitas masyarakat. Para kelompok masyarakat maupun lembaga-lembaga non pemerintah lainnya di wilayah Merapi itu telah terbangun dengan baik. Mudah-mudahan kalau ada kejadian letusan bisa terhindar," jelas Rudy.

Sosialisasi juga dilakukan melalui edukasi, melalui guru geografi di Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Pertama. "Mitigasi itu yang paling pertama adalah tahu dulu kita tinggal di mana. Jadi masyarakat pun harus tahu tinggal di daerah seperti apa. Indonesia itu sangat luas, hampir seluruhnya daerah bencana, tetapi di antara daerah bencana itu pasti ada jalan aman yang Tuhan berikan," sebut Rudy.

Salah satu mitigasi bencana yang dilakukan Badan Geologi adalah pengamatan terhadap gunungapi aktif yang ada di Indonesia. Kini Badan Geologi diperkuat pengamat gunungapi yang jumlahnya lebih dari 200 orang, dan bekerja selama 24 jam setiap harinya.

"Badan Geologi juga memiliki sistem informasi kebencanaan melalui situs magma.vsi.go.id, aplikasi berbasis android MAGMA Indonesia, dan hotline untuk Vulkanologi yang ada di Bandung," pungkas Rudy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×