kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini tantangan yang harus dihadapi industri pembiayaan menurut OJK


Rabu, 05 Desember 2018 / 17:02 WIB
Ini tantangan yang harus dihadapi industri pembiayaan menurut OJK


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri pembiayaan dalam dua tahun ke belakang diwarnai berbagai dinamika. Salah satunya terseretnya sejumlah multifinance ke dalam beberapa masalah, hingga kondisi kesehatan keuangan yang memburuk. Meski begitu, kondisi industri secara umum diklaim masih sehat.

Bambang W. Budiawan Kepala Departemen Pengawasan IKNB 2B Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut, beberapa perusahaan pembiayaan skala kecil memang masih menghadapi berbagai kendala. Tak hanya itu, aspek good corporate governance di beberapa perusahaan juga masih rendah.

Di tahun ini, lima perusahaan pembiayaan dicabut izinnya oleh regulator. Diantaranya PT Garishindo Buana Finance Indonesia, PT Prioritas Raditya Multifinance, PT Surya Nordfinans, PT Arthabuana Margausaha Finance dan PT Patra Multifinance.

Namun hal ini tak bisa dipukul rata kepada semua pemain. Pasalnya masih jauh lebih banyak perusahaan pembiayaan yang menjalankan bisnisnya secara prudent. Hal ini terlihat dari pertumbuhan piutang pembiayaan yang masih bsia mencapai sekitar 6% hingga kuartal III 2018 menjadi Rp 453,7 triliun.

Meski begitu ia mengakui, ada beberapa pemain nakal memang merugikan sejumlah perusahaan pembiayaan lain. Terutama yang skala menengah kecil, namun menjalankan bisnis dengan baik. "Kita tahu pihak perbankan cenderung makin selektif dalam menyalurkan pembiayaan," kata dia, Rabu (5/12).

Menurut Bambang, mengembalikan kepercayaan dari pihak perbankan akan jadi salah satu tantangan yang harus dibenahi oleh industri pembiayaan agar lebih bisa memanfaatkan potensi bisnis di tahun depan. Tanpa dukungan pendanaan yang memadai, tentunya industri pembiayaan tak bisa menggenjot kredit secara optimal.

Masalah yang mendera beberapa multifinance, lanjut Bambang juga disebabkan oleh buruknya kondisi kesehatan kredit. Karena itu, perbaikan rasio non performing finance (NPF) juga menjadi salah satu pekerjaan rumah yang harus diperbaiki pelaku usaha.

Terlebih, kondisi ekonomi global juga masih menantang. Alhasil, kehati-hatian dalam melakukan proses underwriting mutlak untuk ditingkatkan. "Proses pembiayaan dengan underwriting yang baik saja bisa tetap menghasilkan NPF bila terpapar faktor eksternal, apa lagi yang dijalankan dengan kurang hati-hati," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×