kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini strategi OJK agar makin banyak perusahaan mencari dana di pasar modal


Sabtu, 06 April 2019 / 17:18 WIB
Ini strategi OJK agar makin banyak perusahaan mencari dana di pasar modal


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - BANDUNG. Upaya Otoritas Jasa Keuangan (OJK)  meningkatkan jumlah perusahaan yang mencari sumber pendanaan di pasar modal terus dilakukan. Ini demi  memenuhi target OJK mengantarkan 75 emiten-100 emiten untuk initial public offering (IPO) dan target pencarian dana di pasar modal Rp 200 triliun hingga Rp 250 triliun di tahun ini.

Dalam acara Focus Group Discussion Redaktur Media Massa di Bandung, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK, Hoesen menyebutkan  ada enam strategi yang dilakukan OJK. Pertama, OJK akan mendorong anak-anak perusahaan grup konglomerasi untuk mencatatkan saham perdana. OJK melihat potensi besar dari anak perusahaan grup konglomerasi. Hoesen menyebutkan, ada anak usaha berkontribusi cukup besar bagi grup.

Kedua, OJK juga akan mendorong anak perusahaan BUMN yang potensial untuk mencatatkan saham di bursa Efek Indonesia (BEI). Selama ini, Hoesen mengakui, minat perusahaan BUMN mencatatkan saham di pasar modal masih kecil. Ini karena ketika sudah menjadi perusahaan publik, konsekuensi harus memenuhi kewajiban keterbukaan informasi.

Cara ketiga, OJK menggaet peluang dari calon emiten yang saat ini menjadi debitur besar perbankan. Peluang ini cukup menarik diambil lantaran banyak dari debitur bank yang mengajukan kredit hingga ratusan miliar. “Ini yang kami harap kepada bank untuk mengarahkan untuk proses IPO,” kata Hoesen.

BEI sebelumnya sempat menyebutkan sudah ada dua bank yang secara sukarela menyodorkan profil perusahaan yang memiliki utang besar dan berpeluang melantai di BEI. Mereka adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).

Peluang keempat yang diendus OJK adalah pembayar pajak besar di Indonesia. Meski begitu, Hoesen mengakui hal ini masih dalam tahap kajian. Tapi rencananya OJK bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Pajak untuk mendapatkan data perusahaan potensial untuk IPO.

Kelima, IDX Inkubator. Strategi ini sejatinya sudah dilakukan sejak tahun lalu. Bahkan kala itu, sudah ada satu perusahaan binaan dari IDX Inkubator yang menjadi perusahaan terbuka di BEI, yakni PT Yelooo Integra Datanet Tbk (YELO). Pada tahun ini strategi masih akan dilakukan untuk mendorong jumlah emiten baru.

Keenam, tak hanya mendorong IPO, OJK juga akan mencoba mendorong penerbitan obligasi daerah yang akan dirilis di pemerintah daerah. Untuk itu, OJK akan melakukan sosialisasi dan pendampingan kepada pemda yang potensial.

Meski melakukan sejumlah upaya tersebut, OJK mengklaim akan melengkapinya dengan infrastruktur yang memadai. Seperti dalam waktu dekat OJK akan mengeluarkan mekanisme e-bookbuilding, e-reporting dan e-registration untuk mempermudah calon emiten dan calon penerbit obligasi masuk ke bursa.

”Selama ini kami mengakui OJK ini terlalu Jakarta sentris,” ujar Hoesen. Cara-cara tersebut diharapkan mampu mendorong minat perusahaan di daerah untuk bergabung di pasar modal.

OJK juga akan memberikan insentif untuk memikat perusahaan atau pemerintah daerah masuk ke pasar modal. Insentif tersebut diantaranya, insentif biaya registrasi obligasi daerah, insentif pajak KIK dan relaksasi regulasi RDPT, emiten dan lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×