Hingga 31 Mei 2018, Jabar siaga darurat bencana banjir dan longsor

Rabu, 07 Februari 2018 | 14:22 WIB Sumber: Kompas.com
Hingga 31 Mei 2018, Jabar siaga darurat bencana banjir dan longsor

ILUSTRASI. BANJIR KAWASAN BANDUNG SELATAN


CUACA EKSTREM - BOGOR. Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher) merilis status siaga darurat bencana banjir dan longsor di Jawa Barat.

Status ini berlaku sampai 31 Mei 2018, termasuk untuk kawasan Kabupaten Bogor yang beberapa wilayahnya mengalami longsor pada Senin (5/2).

Aher menjelaskan, setidaknya 82% wilayah Jawa Barat dan 90% (khususnya di Kabupaten Bogor) termasuk wilayah rawan bencana.

Karenanya, masyarakat diimbau meningkatkan kewaspadaan terutama untuk tidak tinggal di dataran tinggi maupun wilayah tebing. Upaya penyebarluasan informasi akan terus dilaksanakan sebagai tindakan preventif.

"Jawa Barat itu wilayah bumi vulkanik muda. Subur tapi rawan bencana. Masyarakat bisa turut menjaga lingkungan dan menormalisasi kawasan hutan yang menjadi kunci utama dalam keseimbangan lingkungan," tuturnya dalam rilis yang diterima Kompas.com, Rabu (7/2).

Dalam kesempatan sama, Bupati Nurhayanti mengatakan, yang perlu digaris bawahi bahwa benar adanya Kabupaten Bogor ini daerah rawan bencana.

"Dari 40 kecamatan yang ada di kabupaten Bogor, 24 kecamatan adalah rawan bencana. Khususnya bencana longsor ketika curah hujan tinggi," tuturnya.

Upaya Pemkab Bogor adalah selalu intensif mensosialisasikan. Tujuannya agar masyarakat selalu siap siaga ketika sewaktu-waktu bencana mengancam.

"Khususnya masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana, selalu siaga ketika memasuki musim penghujan seperti sekarang ini," bebernya.

Ia menjelaskan, pasca bencana, pihaknya akan terus bersinergi dengan pemerintah provinsi maupun pusat dalam merelokasi masyarakat yang tinggal di dataran tinggi rawan bencana.

"Saya kira relokasi adalah upaya pascabencana yang sudah diprogramkan, dan itu solusi terakhir dalam mengantisipasinya terjadinya bencana hingga menimbulkan korban jiwa," imbuhnya.

Sebelumya, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat Dicky Saromi mengatakan, antisipasi bencana di Jabar dihitung dari hazard (risiko) dikali kerentanan serta dibagi kapasitas.

Kapasitas yang semakin besar dan turunnya kerentanan, itu berarti antisipasi sudah baik.

“BPBD Provinsi Jawa Barat memiliki sumber daya manusia memadai (SDM) dengan dibentuknya satuan tugas pusat pengendalian operasi (pusdalop) dan sarana prasarana," katanya.

"Dari segi pengembangan tekonologi, kami memiliki aplikasi InAWARE yang berfungsi merekam hasil-hasil di lapangan seperti jumlah korban bencana, orang terkena dampak, kerusakan materil, antisipasi gempa susulan dan longsor," tambahnya.

Berdasarkan Indeks Risiko Bencana (IRBI 2013) dari rate 1-5, Cianjur, Garut, dan Sukabumi berada pada angka 1-3 dan Tasikmalaya di angka 5.

Faktor kerentanan yang tidak bisa dikendalikan seperti kondisi lingkungan, ditimpali dengan upaya-upaya pengendalian terhadap area pemukiman, rencana tata ruang wilayah, dan menelaah karakteristik pertanian daerah tersebut. (Reni Susanti)

Berita ini sudah dipublikasikan Kompas.com dengan judul: Hingga 31 Mei 2018, Jabar Siaga Darurat Bencana Banjir dan Longsor

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia

Terbaru