kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga kertas naik, penerbit buku masih wait and see


Minggu, 15 Juli 2018 / 16:42 WIB
Harga kertas naik, penerbit buku masih wait and see
ILUSTRASI. Pameran Indonesia International Book fair 2017


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan harga kertas dikabarkan cukup meningkat signifikan hingga bulan ini. Meski demikian, pelaku usaha penerbitan buku belum terburu-buru untuk menaikkan harga jual produknya.

Sari Meutia, CEO Penerbit Mizan Group mengatakan pihaknya belum merasakan dampak kenaikan harga tersebut. "Saat ini kami masih wait and see," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (15/7).

Ia memastikan bahwa pihaknya belum akan menaikkan harga produk buku di tahun ini. Kalau pun ada kenaikan material kertas, Mizan menyiasatinya dengan pemilihan bahan cetak yang lebih ekonomis untuk menekan harga cetak tersebut.

Adapun menurut Sari, kenaikan harga kertas terus-menerus pastinya akan berdampak pada ongkos produksi yang tinggi. "Dimana sekitar 20% dari harga buku adalah biaya cetaknya," sebutnya.

Kondisi bisnis penerbitan saat ini menurut Sari tengah menghadapi lemahnya minat baca. Konsumsi yang kurang akan buku, mulai dirasakan Mizan di jalur distribusi toko alias ritel.

"Kalau 5 tahun lalu selalu punya 10 buku best seller di toko, sekarang untuk punya 5 best seller saja sulit," terang Sari. Padahal, penjualan penerbit seperti Mizan didominasi oleh ritel ketimbang direct selling oleh marketing perusahaan.

Selain itu, penerbitan juga dihadapi oleh ancaman pembajakan buku. Di mana menurut Sari, konsumsi buku di black market diperkirakan hampir menyamai oplah buku asli yang resmi beredar di pasar reguler.

Saat ini strategi penerbit, menurut Sari, ialah bagaimana menggenjot produk buku yang tersegmentasi dan punya keunikan. Mizan mengaku segmen buku agama, novel dan anak masih terus bertumbuh dimana buku-buku agama diklaim mampu tumbuh dobel digit tiap tahunnya.

Sementara itu, Koordinator Divisi Pengembangan Organisasi Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) Fikri Kongdarman mengatakan, industri penerbitan buku juga menghadapi soal pajak produksi dan distribusi produk perbukuan. Menurut Fikri, dukungan pemerintah terhadap dunia perbukuan masih minim.

Setiap tahunnya Ikapi mencatat ada lebih dari 1.000 judul buku yang terbit setiap bulan, dengan 2.000-3.000 eksemplar per judul buku tersebut. Sayangnya sampai sekarang tidak terlacak data akan nilai penjualan buku tersebut.

Sekretaris Perusahaan PT Gramedia Asri Media Yosef Adityo mengatakan hal yang sama. Ia berharap, pemerintah membuat kebijakan yang bisa menguntungkan para pelaku usaha penerbitan buku. "Misalnya subsidi seperti yang dilakukan pemerintah India, sehingga harga buku bisa lebih terjangkau," sebutnya.

Subsidi atau keringanan pajak tersebut sedikit banyak akan membantu perusahaan penerbitan menekan beban pajak dan biaya produksi yang terus membengkak. Sementara penjualan buku cenderung lesu akibat daya beli masyarakat yang menurun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×