kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga beras naik, salah siapa?


Kamis, 26 Agustus 2010 / 13:05 WIB
Harga beras naik, salah siapa?


Reporter: Asnil Bambani Amri |



JAKARTA. Menjelang Lebaran, sejumlah harga bahan pokok naik; tidak terkecuali harga beras. Meskipun perubahan iklim kerap dituding sebagai kambing hitam atas kenaikan harga beras tersebut, nyatanya pemerintah juga tidak menampik adanya pedagang beras yang sengaja mengambil untung lebih banyak menjelang hari raya ini. Caranya, tentu saja, dengan mengerek harga jual beras kepada konsumen.

Tengok saja harga beras medium. Dari bulan Juli 2010 lalu, harga beras medium sudah naik sebesar Rp 200 per kilogram (kg). Sementara itu, dibandingkan bulan Juni, sudah membukukan peningkatan sebesar Rp 430 per kg.

“Kenaikan harga terjadi karena para pedagang memanfaatkan harga menjelang Idul Fitri,” terang Direktur SDM dan Umum Perum Bulog Abdul Waris dalam koneferensi pers yang dilakukan di Kementerian Komunikasi dan Informasi di Jakarta Kamis (26/8).

Namun, 'berkah Lebaran' bagi pedagang ini juga bukan tanpa hitungan. Pasalnya, angkutan yang biasa mengusung beras juga mengerek ongkos sewa angkutan akibat tingginya kemacetan di jalanan selama bulan puasa.

“Biaya transportasi naik itu juga menjadi alasan kenaikan harga beras,” kata Pariaman Sitorus, Kepala Subdit Hasil Bidang Pertanian dan Kehutanan, Direktorat Bina Pasar dan Distribusi, Kementerian Perdagangan. Dus, modal transportasi yang harus dikeluarkan oleh pedagang beras selama bulan puasa juga lebih tinggi ketimbang hari biasa.

Faktor yang sering membikin pemangku kepentingan waswas dan paling cepat membikin harga beras meningkat di pasaran adalah cuaca atau iklim. Perubahan iklim yang terjadi beberapa tahun belakangan membuat petani khawatir untuk menanam padi. Efek dominonya, muncul kekhawatiran akan stok yang kurang. Dengan stok yang tipis, maka harga beras pun berpotensi terkerek mumbul.

“Padahal panen awal tahun sampai Agustus mencukupi untuk akhir tahun,” kata Pariaman.


Cadangan beras

Itu sebabnya, untuk menepis semua kekhawatiran ini, Bulog memiliki cadangan beras sebanyak 1,4 juta ton yang tersebar di 1500 gudang Bulog di seluruh Indonesia. Sedangkan untuk kepentingan operasi pasar, Bulog juga menyimpan beras pemerintah sebanyak 502.000 ton.

“Kami cukup memiliki simpanan yang cukup bagus untuk untuk stabilisasi harga,” ungkap Waris. Ia pun mengimbau masyarakat agar tidak menggelisahkan harga beras yang naik maupun persediaan beras untuk Lebaran tahun ini.

Seminggu belakangan, harga beras medium sudah stabil di kisaran Rp 6.700 per kg dan tidak mengalami kenaikan. Selain itu, pemerintah juga memiliki komitmen untuk mempercepat penyaluran raskin yang jumlahnya juga masih banyak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×