kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45981,69   -8,68   -0.88%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gaya hidup hijau dinilai sebagai kunci menjaga ketersediaan pangan di masa depan


Selasa, 19 Januari 2021 / 19:42 WIB
Gaya hidup hijau dinilai sebagai kunci menjaga ketersediaan pangan di masa depan
ILUSTRASI. Gaya hidup hijau dinilai sebagai kunci menjaga ketersediaan pangan di masa depan


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menurut Intergovernmental Science-Policy Platform on Biodiversity and Ecosystem Services (IPBES), hasil panen di beberapa daerah dapat berkurang setengahnya pada tahun 2050 dalam skenario business as usual.

Artinya jumlah makanan yang tersedia akan berkurang drastis dibandingkan sekarang, dan tentunya jumlah angka kelaparan pun akan meningkat tajam. Oleh karena itu, Green Lifestyle atau Gaya Hidup Hijau, adalah kunci untuk menjaga ketersediaan pangan di masa depan.

Permasalahan pangan ini kemudian semakin berat dengan hadirnya pandemi Covid-19. Layanan makanan dan perhotelan telah menghadapi tantangan dengan menurunnya permintaan makanan dan perubahan perilaku konsumen.

Penerapan protokol kesehatan pun menimbulkan anggaran tambahan untuk biaya produksi. Dalam beberapa kasus, produsen akan memilih sumber daya yang lebih murah untuk produksi, yang kemungkinan besar tidak berkelanjutan.

Baca Juga: Menko luhut minta peta jalan pengembangan food estate rampung di April 2021

Sistem pangan berkelanjutan adalah sistem pangan yang memberikan ketahanan pangan dan gizi bagi semua tanpa mengganggu ketahanan pangan dan gizi bagi generasi mendatang. Dalam SDG (Sustainable Development Goals), sistem pangan berkelanjutan ditekankan untuk mencapai zero hunger (SDG 2) dengan praktek konsumsi dan produksi yang berkelanjutan, mulai dari bahan baku hingga produk akhir (SDG 12).

Menyadari permasalahan di atas, Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD) telah mengembangkan platform untuk mempromosikan Green Lifestyle atau Gaya Hidup Hijau untuk konsumsi dan produksi berkelanjutan, khususnya melalui 6 sektor bisnis: Food, Pulp & Paper, Fashion / Beauty, Building / Infrastruktur, Plastik & Kemasan, dan Karet. Diskusipun dilakukan untuk memfasilitasi proses koordinasi yang inklusif di antara berbagai pelaku.

“Penting bagi seluruh pihak untuk aktif berkontribusi dalam menjaga keberlanjutan sistem pangan, baik dari sisi bisnis, pemerintah, dan juga publik pada umumnya,” jelas Laksmi Prasvita, Executive Committee of IBCSD dalam keterangannya, Selasa (19/1).

Dalam diskusi ini  dibahas panduan-panduan untuk memperkuat keberlanjutan sektor pangan, mulai dari sisi produksi terkait pengadaan bahan baku, hingga konsumsi yang bertanggung jawab.

Baca Juga: Kelancaran Distribusi Kunci Stabilisasi Harga Pangan

Hadir menjelaskan panduan tersebut, Nia Sarinastiti, Accenture Development Partnerships Lead in Indonesia. Tidak hanya itu, ada pula penjelasan program ketahanan pangan yang didorong United Nations Environment Programme (UNEP) bertajuk The Economics of Ecosystems and Biodiversity for Agriculture and Food (TEEBAgriFood).

Program ini merupakan sebuah inisiatif di lebih dari 10 negara untuk kolaborasi demi ketahanan pangan, sebagaimana dijelaskan oleh Martine van Weelden, TEEB AgriFood Project Manager Capitals Coalition




TERBARU

[X]
×