kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Defisit APBN baru mencapai 0,82% terhadap PDB, ekonom: Belanja perlu lebih digenjot


Kamis, 22 April 2021 / 19:17 WIB
Defisit APBN baru mencapai 0,82% terhadap PDB, ekonom: Belanja perlu lebih digenjot
ILUSTRASI. APBN.KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat realisasi defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2021 sepanjang kuartal I-2021 sebesar Rp 144,2 triliun. Pencapaian ini setara dengan 0,82% dari produk domestik bruto (PDB). 

Adapun pemerintah mamatok defisit APBN 2021 sebesar 5,7% terhadap PDB. Dibandingkan periode sama tahun lalu, defisit APBN mencapai 0,37% terhadap PDB. Namun target defisit APBN 2020 semula hanya 1,76%. Kemudian pada Mei 2020 ditingkatkan menjadi 6,32% terhadap PDB seiring dengan perluasan ruang fiskal untuk menanggulangi dampak virus corona. 

Kepala Ekonom BCA David Sumual mengatakan pencapaian defisit dalam tiga bulan mengindikasikan penyerapan yang rendah. Catatan David, dua penyebabnya antara lain transfer daerah dan dana desa (TKDD) yang hanya tumbuh 0,9% year on year (yoy) atau setara Rp 173 triliun pada kuartal I-2021.

Kemudian, penyerapan program pemulihan ekonomi nasional (PEN) 2021 yang hingga 16 April 2021 baru terealisasi Rp 134,07 triliun atau setara dengan 19,25% dari pagu sejumlah Rp 699,43 triliun.

Kendati demikian, David menilai dari sisi belanja penanganan kesehatan hingga vaksinasi sudah cukup optimal. Menurutnya, hal ini dapat mendorong confidence konsumsi masyarakat kelas menengah dengan penyebaran virus corona terkendali.

Baca Juga: Defisit APBN mencapai Rp 144,2 triliun pada kuartal I 2021

Di kuartal II-2021, David berharap pemerintah dapat lebih menggenjot belanja infrastruktur sebab mempunyai multiplier effect yang luas terhadap ekonomi. Tak lupa pula, mendorong realisasi TKDD agar ekonomi di daerah bisa ikut terakselerasi. Terakhir, optimalisiasi anggaran program PEN. 

“Memang tidak bisa dihindari belanja pemerintah akan menjadi lokomitif percepatan pemulihan ekonomi. Biasanya akan terserap banyak di semester II, tapi seharusnya dalam kondisi seperti saat ini kuartal II-2021 sudah digenjot,” kata David kepada Kontan.co.id, Kamis (22/4).

Sejalan, Kepala Ekonom Indo Premier Sekuritas Luthfi Ridho meramal defisit APBN 2021 akan berada di bawah outlook pemerintah. Sebab, Luthfi mengatakan beberapa pos belanja tidak akan terserap 100%. “Defisit di bawah target bukan berarti lebih bagus. Fiskal stimulusnya jadi tidak optimal, apalagi kalau argonya sudah jalan. Argonya dari utang,” kata Luthfi kepada Kontan.co.id, Kamis (22/4).

Proyeksi Luthfi apabila penyebaran virus corona terkendali dan belanja negara bisa dimaksimalkan ekonomi di kuartal II-2020 bisa berada di level 6% yoy. Sementara untuk keseluruhan tahun di rentang 2,1%-4,45% yoy. Sedangkan David meramal ekonomi tumbuh di atas 5% yoy pada April-Juni 2021 dan sepanjang tahun 2021 tumbuh di kisaran 4% hingga 5% yoy.

Selanjutnya: Menkeu optimistis ekonomi kuartal II-2021 capai 7%, ini empat faktor pendorongnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×