Cuaca ekstrem melanda 53 kecamatan di Sulsel sebabkan ribuan mengungsi dan 8 tewas

Rabu, 23 Januari 2019 | 16:13 WIB   Reporter: Noverius Laoli
Cuaca ekstrem melanda 53 kecamatan di Sulsel sebabkan ribuan mengungsi dan 8 tewas


CUACA EKSTREM - JAKARTA. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis cuaca buruk berupa angin kencang dan gelombang pasang tengah melanda wilayah Sulawesi Selatan (Sulsel) pada Selasa (22/1) siang hari. Akibat cuaca buruk ini, sejumlah sungai di wilayah tersebut meluap dan menyebabkan delapan orang tewas, empat orang masih dinyatakan hilang dan ribuan warga mengungsi. Cuaca buruk ini melanda 53 kecamatan di Sulsel.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan berdasarkan data sementara ke 53 kecamatan di sembilan kabupaten/kota tersebut mengalami banjir yaitu di Kabupaten Jeneponto, Gowa, Maros, Soppeng, Barru, Wajo, Bantaeng, Pangkep dan Kota Makassar.

Selain menyebabkan korban jiwa dan ribuan orang mengungsi, BNPB juga mencatat seluas 10.021 hektar sawah terendam banjir. Sutopo mengatakan, sejauh ini, Posko BPBD terus berkoordinasi dengan Pusdalops BPBD. Tim Reaksi Cepat BNPB mendampingi BPBD. Penanganan darurat masih terus dilakukan oleh tim gabungan. BPBD bersama , TNI, Polri, Basarnas, SKPD, PMI, Tagana, relawan dan lainnya melakukan penanganan darurat.

Ia melanjutkan, perahu karet dan bantuan pemakanan untuk pengungsi masih diperlukan. Korban hilang masih dilakukan pencarian. Kondisi hujan yang masih berlangsung dan luasnya wilayah yang terkena banjir cukup menyulitkan dalam penanganan.

Menurutnya di beberapa stasiun penangkar hujan milik Kementerian PU Pera dan BMKG mencatat di Pos 1 Bawangkaraeng 308 milimeter per hari, Lengkese 329 milimeter per hari, KD-1 234 milimeter per hari, Limbungan 328 milimeter per hari,  dan Bili-Bili 88 milimeter per hari. Intensitas curah hujan setebal ini tergolong ekstrem sehingga kondisi permukaan tanah tidak mampu menampung semuanya dan sungai juga tidak mampu mengatuskan aliran permukaan, akibatnya banjir.

Saat ini debit dan volume Waduk Bili-Bili terus menurun. Hingga 23/1/2019 pukul 14.00 WIB, tinggi muka air Waduk Bili-Bili sudah mulai ada  penurunan menjadi 100,64 meter, volume waduk 277,55 juta meter kubik, dan inflow sekitar 927,77 meter kubik per detik. Meskipun masih dalam batas Siaga namun kondisinya terus mengalami penurunan. 

Pemerintah daerah dan masyarakat dihimbau untuk terus meningkatkan kewaspadaan menghadapi banjir dan tanah longsor. BMKG telah menyebarkan peringatan dini hujan lebat selama 23 – 30 Januari 2019. Sebagian besar wilayah Indonesia puncak hujan berlangsung selama Januari hingga Februari 2019.

Secara statistik dari data kejadian bencana selama 20 tahun terakhir menunjukkan bahwa selama bulan Januari dan Februari adalah puncak dari kejadian bencana hidrometeorologi yaitu banjir, longsor dan puting beliung. Polanya mengikuti dari pola curah hujan.
 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli

Terbaru