kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bea masuk gula turun, petani buntung


Rabu, 13 September 2017 / 09:32 WIB
Bea masuk gula turun, petani buntung


Reporter: Abdul Basith | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - Pemerintah Indonesia dikabarkan telah menyepakati penurunan bea masuk gula mentah atau raw sugar dari Australia dari sebelumnya 15% menjadi 5%. Kabar itu disambut baik pabrik gula karena akan meningkatkan pasokan raw sugar. Namun, petani tebu khawatir kebijakan ini akan memperbanyak rembesan gula rafinasi di pasar gula konsumsi.

Kesepakatan ini tercapai dalam pertemuan bilateral antara Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dengan Menteri Perdagangan, Pariwisata dan Investasi Australia Steven Ciobo di sela pertemuan ASEAN Economic Miniester di Filipina. Sayangnya belum ada penjelasan resmi dari Kementerian Perdagangan terkait hal ini.

Namun sebenarnya, kebijakan ini sudah direncanakan sejak Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan kerja ke Australia pada Februari 2017. Atas penurunan tarif bea masuk raw sugar itu, Pemerintah Australia akan membebaskan tarif bea masuk herbisida dan pestisida dari Indonesia alias jadi 0%.

Menurut Direktur Utama Holding PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III Dasuki Amsir, penurunan bea masuk akan membuat kompetisi harga raw sugar di Indonesia. Selama ini Indonesia impor raw sugar dari Thailand, dengan kontribusi 60% dengan bea masuk 5%. Sedangkan impor raw sugar dari Australia berkontribusi sekitar 30%.

Raw sugar yang diimpor ke Indonesia untuk bahan baku bagi industri gula rafinasi atau gula industri. "Harga raw sugar akan semakin kompetitif," kata Dasuki, Selasa (12/9).

Sedangkan terhadap gula petani, menurut Dasuki seharusnya tidak berdampak banyak. Asalkan, impor raw sugar oleh industri gula rafinasi sesuai dengan kebutuhan. "Pengawasan harus ketat, jangan ada kasus rembesan gula rafinasi ke pasar konsumsi," terang Dasuki.

Namun Ketua Umum Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Soemitro Samadikoen khawatir dengan penurunan bea masuk raw sugar Australia, maka rembesan gula rafinasi ke konsumsi semakin banyak. "Ujungnya, petani gula (tebu) semakin terjerembab," tegasnya.

Petani akan semakin tertekan karena selama ini serapan gula petani belum optimal. Dia menyebut masih ada 600.000 ton gula petani yang tidak terjual. Salah satu penyebabnya karena banyaknya gula rafinasi di pasar gula konsumsi. Banderol gula rafinasi lebih murah dibandingkan gula tebu. Selain itu, gula petani tidak terserap industri karena mutu tidak sesuai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×