kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Barantan ajak berbagai pihak cari solusi atas aksi Greenpeace


Selasa, 20 November 2018 / 18:25 WIB
Barantan ajak berbagai pihak cari solusi atas aksi Greenpeace


Reporter: Kiki Safitri | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - BOGOR. Kampanye hitam terhadap produk minyak kelapa sawit semakin gencar dilakukan. Belum lama ini aktivis Greenpeace International menaiki kapal tangker yang sedang mengangkut minyak kelapa sawit milik Wilmar International di perairan Teluk Cadiz, dekat Spanyol sambil membentangkan spanduk bertuliskan "Selamatkan Hutan Hujan Kita dan Hentikan Minyak Sawit Kotor", akhir pekan lalu.

Terkait dengan hal ini Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementerian Pertanian Banun Harpini menuturkan masalah ini harus diatasi dengan kerja sama dari berbagai pihak. Karena hal ini juga mengancam berlangsungnya ekspor CPO (Crude Palm Oil).

“Masalah Sawit dengan black campaign seperti yang dilakukan Green Peace dengan naik ke kapal tengker dan melakukan tuduhan bahwa Indonesia merusak hutan dan hewani dan juga mempekerjakan tenaga di bawah umur, kita harus upayakan bergandengan tangan dalam mengatasi masalah itu, karena menyangkut devisa negara,” kata Banun di Bogor, Senin (20/11).

Saat ini Indonesia dinilai sangat membutuhkan devisa hasil ekspor guna mengatasi masalah stabilitas rupiah dan kondisi moneter. Namun aksi ini jelas berdampak pada ekspor minyak sawit Indonesia di tengah upaya pemerintah mempersempit defisit transaksi berjalan. Bila aksi serupa terus berlanjut, dikhawatirkan ekspor komoditas andalan Indonesia tersebut bakal anjlok.

“CPO tidak hentinya dirundung black campaign dan sebagainya, tapi ini adalah tantangan Indonesia untuk terus-menerus berupaya bergandengan tangan dan diplomasi dengan negara-negara rival Indonesia yang juga memproduksi CPO,” ungkapnya.

Ia menyebut CPO Indonesia merupakan golongan minyak yang sangat efisien dan mampu berperan baik sebagai sumber pangan maupun energy terbarukan. Sawit Indonesia bahkan dinilai paling efisien dibandingkan rapseed, canola dan minyak jagung.

“Dengan nilai manfaat yang besar dan harga yang kompetitif, hal ini menjadi konsern dunia juga di mana negara-negara rival Indonesia dalam hal penghasil sawit ini dengan berbagai cara. Bisa melalui edukasi dan juga labelling Greenpeace,” ungkap Banun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×