kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bank merevisi target kenaikan kredit


Sabtu, 25 Agustus 2012 / 09:44 WIB
Bank merevisi target kenaikan kredit


Reporter: Anna Suci Perwitasari, Roy Franedya | Editor: Edy Can

JAKARTA. Sejalan tingginya permintaan kredit, perbankan menaikkan target pertumbuhan bisnis mereka tahun ini. Berdasarkan revisi Rencana Bisnis Bank (RBB) ke Bank Indonesia (BI) Juni lalu, target kredit tahun ini naik tipis menjadi 25%, dari semula di kisaran 23% - 24%.

Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah mengatakan, revisi RBB ini menunjukkan kebijakan loan to value (LTV) dan kenaikan berbagai harga barang dan jasa tidak berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit. "Semester kedua ini, kondisi Eropa sedikit lebih baik, sehingga saya menduga target kredit perbankan akan tercapai," ujar Halim, Jumat (24/8).

Hingga Juni 2012, penyaluran kredit perbankan menembus Rp 2.470,38 triliun atau tumbuh 25,95% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan tertinggi terjadi di kredit investasi yakni sebesar 29,1% menjadi Rp 475,75 triliun. Menyusul kredit modal kerja, meningkat 28,2% menjadi Rp 1.058,57 triliun dan kredit konsumsi yang terkerek 19,6% menjadi Rp 668,72 triliun.

Halim mengungkapkan, saat ini, pertumbuhan kredit berada di kisaran 25%-26%. Angka tersebut cukup aman menopang target pertumbuhan ekonomi tanpa menimbulkan overheating. "Kami ingin mengembalikan pertumbuhan kredit kepada trennya. Pertumbuhan kredit terlalu cepat bisa mengganggu stabilitas," tambah Halim. Tren pertumbuhan kredit selama tiga tahun terakhir berkisar di angka 20% - 24%.

Direktur Utama Bank Tabungan Negara (BTN), Iqbal Latanro optmistis permintaan kredit semester dua lebih tinggi ketimbang semester pertama. Sebab, pada enam bulan terakhir, perusahaan memaksimalkan produksi untuk mengejar target.

Waspada di kredit valas

Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA) Jahja Setiaatmadja menambahkan, semester dua, kredit rupiah berpeluang tumbuh lebih tinggi dibandingkan sebelumnya. Sedangkan kredit valas tumbuh rendah, sebab bank meminimalkan risiko likuiditas dan nilai tukar. "Semester II bank jangan terlalu agresif terutama untuk kredit valas," ujarnya.

Sedangkan Bank Mandiri mengestimasi pertumbuhan kredit tak setinggi enam bulan pertama. "Semester I tumbuh 26,6%," kata Direktur Keuangan Bank Mandiri Pahala N Mansury, Kamis (23/8).

Meski melambat, Bank Mandiri yakin, penyaluran kredit sampai akhir tahun bisa tumbuh 23% sampai 24% dibandingkan akhir 2011 lalu. Menurut Pahala, pemicu pelambatan kredit di semester II adalah penurunan kredit valas. "Kebijakan uang muka minimum kredit pemilikan rumah (KPR) dan kendaraan bermotor juga memicu pelambatan kredit," kata Pahala.

Pengamat Perbankan, Mohammad Doddy Arifianto, mengatakan bila dalam tiga bulan berturut-turut kredit tumbuh hingga 28%, BI perlu meningkatkan pengawasan, sebab loan to deposit ratio (LDR) perbankan semakin tinggi, yang menandakan likuiditas semakin berkurang. "Bila tren ini berlanjut, ada baiknya pertumbuhan kredit direm. Overheating ekonomi terjadi bila kredit tumbuh diatas 30%," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×