kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Analis: Perlu pembenahan fundamental agar dana asing di SBN tetap naik


Rabu, 26 Juni 2019 / 19:42 WIB
Analis: Perlu pembenahan fundamental agar dana asing di SBN tetap naik


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren suku bunga yang diproyeksikan akan turun bisa semakin menambah jumlah dana asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN). 

Pengamat Pasar Modal Anil Kumar mengatakan kepemilikan dana asing bisa lanjut bertambah di SBN bila penurunan suku bunga AS, Fed Fund Rate (FFR) terlaksana. 

"Dengan turunnya suku bunga AS, maka Bank Indonesia akan mengikuti dan ini akan menguntungkan pasar obligasi," kata Anil, Rabu (26/6). 

Jumlah kepemilikan asing yang bertambah bisa mendukung penurunan yield Surat Utang Negara (SUN). 

Anil memproyeksikan yield SUN acuan tenor 10 tahun bisa berada di kisaran 6,75%-7% di akhir tahun. Proyeksi tersebut dengan asumsi nilai tukar rupiah tetap stabil dan suku bunga AS turun 50 basis poin. 

Selain indikasi penurunan suku bunga, asing mulai melirik pasar obligasi dalam negeri karena spread US Treasury dengan SUN sudah semakin mengecil. Anil mencatat spread US Treasury dan SUN saat ini berada di rentang 550 bps-570 bps. 

"Spread saat ini sudah sangat menarik, Indonesia bisa lebih baik lagi dan spread tidak akan jauh jika fundamental dalam negeri kuat," kata Anil. 

Menurut Anil, agar spread dengan US Treasury makin kecil dan arus dana asing kembali masuk, Indonesia perlu mempersempit defisit transaksi berjalan.

"Pasar obligasi domestik menarik lebih banyak dipengaruhi karena tren suku bunga global turun, bukan fundamental dalam negeri yang membaik," kata Anil.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, jumlah kepemilikan asing di SBN mecapai Rp 984,24 triliun per Selasa (25/6). Sejak awal tahun jumlah tersebut tumbuh Rp 90,99 triliun atau naik 10,19%. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×