kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Alhamdulillah, harga pangan masih aman


Selasa, 06 Juni 2017 / 10:02 WIB
Alhamdulillah, harga pangan masih aman


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Sepekan memasuki Ramadan, harga sejumlah komoditas pangan di pasaran terbilang stagnan. Beberapa komoditas pangan strategis menunjukkan tren penurunan. Hal ini disebabkan karena harga komoditas pangan sudah naik hampir 25% menjelang Ramadan.

Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) Abdullah Mansuri mengatakan, tren penurunan harga komoditas pangan strategis ini diperkirakan akan berlanjut di pekan kedua dan ketiga jelang Lebaran.

Namun Abdullah mengingatkan, harga pangan akan kembali melonjak sepekan menyambut Lebaran hingga lima hari setelah Lebaran. "Saat ini harga sejumlah komoditas pangan yang masih tinggi yakni bawang putih di kisaran Rp 55.000 per kilogram (kg)-Rp 60.000 per kg," ujar Abdullah kepada KONTAN, Senin (5/6).

Sedangkan harga daging ayam saat ini berada di kisaran Rp 34.000-Rp 35.000 per kg. Kemudian harga gula pasir berada di kisaran harga Rp 14.200 per kg. Sementara itu harga pangan yang mengalami penurunan adalah cabai besar turun sebesar Rp 1.000 per kg menjadi Rp 36.000 per kg.

Menurut Abdullah, naik turunnya harga pangan saat puasa dan Lebaran banyak dipengaruhi faktor ketersediaan pasokan di pasaran. Selain itu, faktor lain yakni distribusi yang tersendat.

Harga telur turun

Di tengah masih stabilnya harga sejumlah komoditas pangan di Ramadan, justru harga telur ayam anjlok. Penurunan harga telur ayam di tingkat peternak terjadi sejak 1 Juni 2017.

Penurunan harga telur di saat memasuki bulan Ramadan ini dinilai tidak wajar. Bahkan ada dugaan terjadinya kartel di antara para pedagang untuk menekan peternak sehingga mau menjual dengan harga murah.

Koordinator Forum Peternak Layer Nasional (PLN) Ki Musbar mengatakan, penurunan harga telur terjadi di sentra produsen layer yakni di Kabupaten Blitar Jawa Timur. "Harga telur di Blitar jatuh sampai Rp 14.300 per kg-Rp 14.500 per kg," ujar Musabar.

Musbar menjelaskan penurunan harga telur di Blitar dapat langsung mempengaruhi harga telur di seluruh Indonesia. Hal itu wajar, sebab Blitar merupakan sentra produksi telur dan menyumbangkan sekitar 40% dari total produksi telur nasional.

Menurut Musbar, terbitnya Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 27/2017 tentang Penetapan Harga Acuan Pembelian di Petani dan Harga Acuan Penjualan di konsumen turut andil dalam penurunan harga telur ayam ini. Dia bilang, agar penjualan telur di pedagang mendekati harga acuan pemerintah, maka para pedagang melakukan menekan pada produsen ayam layer agar menjual dengan harga murah. Caranya, menghentikan pembelian secara mendadak selama beberapa hari sehingga peternak ayam gelisah dan membanting harga.

Karena itu, Musbar menduga adanya kartel yang dilakukan para pedagang dan ini sudah masuk ke ranah Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dan Satgas Pangan yang dibawah kendali kepolisian. Musbar mendesak kepada dua lembaga tersebut untuk segera turun ke lapangan dan memeriksa langsung ke agen-agen telur di Jabodetabek serta mengecek apakah mereka membeli telur dengan harga di atas Rp 18.000 per kg atau cuma Rp 15.000 per kg. Sebab idealnya harga telur ditingkat peternak adalah Rp 18.000 per kg.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian (Kemtan) I Ketut Diarmita mengatakan, harga telur memang bervariasi di setiap daerah. Dia mengatakan, untuk wilayah Jabotabek dan Banten harga telur masih relatif bagus di kisaran Rp 18.000-Rp 18.500 per kg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×