kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tarik pembiayaan, pemerintah masih pantau dinamika pasar


Senin, 09 Maret 2020 / 20:53 WIB
Tarik pembiayaan, pemerintah masih pantau dinamika pasar
ILUSTRASI. Pemerintah masih fokus mencermati perkembangan pasar yang sangat volatil akhir-akhir ini sebelum menarik pembiayaan.


Reporter: Grace Olivia | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Penurunan suku bunga acuan The Federal Reserve sebesar 50 basis poin (bps) mestinya menjadi angin segar bagi pasar obligasi di dalam negeri. Tambah lagi, longgarnya kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) disertai dengan penurunan imbal hasil (yield) surat utang US Treasury bertenor 10 tahun hingga ke kisaran 0,5%.

Meski begitu, Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan mengatakan, pihaknya masih fokus mencermati perkembangan pasar yang sangat volatil akhir-akhir ini.

Baca Juga: Jaga obligasi tetap menarik, BI tak perlu pangkas suku bunga

“Pasar sangat volatil, kita lihat misalnya indeks Dow Jones (AS) naik turunnya sangat drastis belakangan ini. Jadi tetap kita lihat kondisi market dan kalau ada kesempatan, kita manfaatkan,” tutur Luky.

Ia menilai, kondisi pasar obligasi saat ini sangat berbeda dengan awal tahun. Saat ini, para investor tengah diliputi ketidakpastian yang tinggi sehingga semakin ragu-ragu dalam mengambil keputusan investasi.

Keraguan investor tersebut tampaknya tecermin dari pergerakan nilai penawaran masuk (incoming bids) pada lelang surat utang negara (SUN) yang pada 18 Februari lalu, sempat mencapai Rp 127,12 triliun. Namun pada lelang SUN tanggal 3 Maret lalu,  incoming bids menurun menjadi hanya Rp 78,41 triliun.

Luky masih enggan menjelaskan seperti apa penyesuaian strategi pembiayaan anggaran di tengah kondisi pasar dan perekonomian yang kian berisiko saat ini. Apalagi, Menteri Keuangan Sri Mulyani sudah mengakui bahwa akan terjadi pelebaran defisit APBN ke kisaran 2,2%-2,5% dari PDB tahun ini.

“Jawaban saya masih sama, kami terus melihat perkembangan market dan mengambil kebijakan yang oportunistik yaitu memanfaatkan kondisi pasar yang baik untuk melakukan penerbitan,” tandas Luky.

Baca Juga: Penjualan SR012 masih jauh dari target, waktunya untuk membeli

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×