kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tarik investasi, Apindo: Kabinet selanjutnya harus berpikir seperti pengusaha


Selasa, 15 Oktober 2019 / 17:23 WIB
Tarik investasi, Apindo: Kabinet selanjutnya harus berpikir seperti pengusaha
Apindo sebut kabinet selanjutnya harus berpikir seperti pengusaha


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Danang Girindrawardana meminta agar kabinet presiden Jokowi di periode berikutnya bisa berpikir seperti pengusaha untuk menarik investasi ke Indonesia.

Danang berpendapat, dengan berpikir seperti pengusaha, maka pemerintah akan bisa mempercepat perizinan serta membenahi ekosistem investasi menjadi lebih baik.

"Jadi kita mau di periode kedua ini, (presiden) mengarahkan kabinetnya memiliki semangat entrepreneurship, bukan kabinet teknokratik, bukan kabinet yang penuh regulasi," tutur Danang, Selasa (15/10).

Baca Juga: Akhir periode, Kepala BKPM titip pengusaha jaga dinamisme bisnis Indonesia

Danang menjelaskan, selama ini salah satu alasan yang menghambat investasi di Indonesia adalah banyaknya regulasi. Padahal menurutnya, investasi bisa tumbuh bila dipacu dengan regulasi yang minimum.

Dia juga mengatakan, dalam 5 tahun terakhir Indonesia memiliki ribuan regulasi baru. Banyaknya regulasi tersebut, kata Danang, justru berbanding terbalik dengan semangat deregulasi yang sempat dipaparkan presiden saat kampanye sebelumnya.

Danang mengatakan, bila tak segera membenahi ekosistem investasi, maka Indonesia bisa kalah dengan negara tetangga.

Baca Juga: Apindo berharap Jokowi tempatkan pengusaha di kementerian yang urus investasi

Hal senada pun disampaikan oleh Ketua Umum Apindo Hariyadi Sukamdani. Dia mengatakan, untuk mendorong investasi, ke depan pemerintah harus memperbaiki regulasi menjadi lebih efektif dan efisien.

Menurut Hariyadi, investasi sulit tumbuh di Indonesia karena terdapat berbagai regulasi di kementerian/lembaga yang masih tumpang tindih hingga perubahan pada aturan yang kerap terjadi.

"Misalnya dikaitkan dengan penguasaan lahan. Orang sudah membuat perkebunan puluhan tahun, ternyata keluar aturannya [perkebunan] itu hutan lindung. Itu banyak terjadi, yang kemudian orang melihat risiko berinvestasi di Indonesia menjadi tinggi," terang Hariyadi.

Baca Juga: Kemenkeu belum terbitkan superdeduction tax untuk R&D, ini penyebabnya

Selain banyaknya regulasi, Danang juga menyebut beberapa hal lain yang menjadi penghambat investasi adalah pertumbuhan infrastruktur dan daya saing sumber daya manusia masih kurang cepat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×