kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Soal suara dentuman misterius, begini penjelasan ahli vulkanologi


Sabtu, 11 April 2020 / 10:24 WIB
Soal suara dentuman misterius, begini penjelasan ahli vulkanologi
ILUSTRASI. Suara dentuman misterius terdengar bersamaan dengan erupsi Gunung Anak Krakatau.


Sumber: Kompas.com | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gunung Anak Krakatau (GAK) dilaporkan meletus pada Jumat (10/4) malam sekitar pukul 21.58 WIB yang mengakibatkan semburan abu tebal. Pasca-kejadian tersebut, sejumlah warganet mengaku mendengar suara dentuman berkali-kali.

Menanggapi hal itu, Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kasbani mengatakan, tidak terdengar dentuman dari Pos Pengamatan di Pasauran. Namun, ia pun membenarkan mengenai adanya erupsi dari Gunung Anak Krakatau.

"Memang Gunung Anak Krakatau erupsi sejak tadi malam. Sampai pagi ini masih berlangsung erupsi strombolian dengan lontaran lava pijar sekitar 500 meter. Namun, dari Pos Pengamatan di Pasauran, Pantai Carita, tidak terdengar dentuman," ujar Kasbani saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (11/4).

Baca Juga: Heboh suara dentuman dini hari, PVMBG: Bukan dari Anak Krakatau

Ia menjelaskan, erupsi strombolian merupakan erupsi dengan lontaran batu pijar dan lelehan lava, dan biasanya kandungan gasnya kecil. "Erupsi strombolian biasanya tidak besar dan tidak membahayakan," lanjut dia.

Sementara itu, ahli vulkanologi dari PVMBG, Surono, menyampaikan, ia belum mengetahui sumber suara dentuman yang dimaksud oleh sejumlah warganet.

Namun, ia menganggap suara tersebut disinyalir dari adanya letusan Gunung Anak Krakatau. "Saya terus terang tidak tahu sumber suara dentuman tersebut, kecuali yang paling mungkin adanya letusan Gunung Anak Krakatau yang meletus beruntun pagi ini," ujar Surono saat dikonfirmasi terpisah oleh Kompas.com, Sabtu (11/4/2020).

Pria yang akrab disapa dengan Mbah Rono ini menyampaikan, hal yang paling berbahaya dari letusan gunung api muda yakni adanya longsoran pemicu tsunami yang terjadi pada Desember 2018.

Adapun longsoran tersebut terjadi lantaran untuk menambah bentuk gunung agar lebih tinggi dan besar. "Gunung Anak Krakatau mengikuti hukum kodrat alam, sering meletus seperti dulu, pernah satu tahun tidak berhenti, guna membangun tubuhnya supaya tinggi dan besar," ujar Mbah Rono.

Sementara itu, Mbah Rono menjelaskan, saat Gunung Anak Krakatau  meletus besar, tidak akan menimbulkan tsunami besar, hanya longsorannya yang dapat memicu tsunami.

Baca Juga: Dentuman berulang-ulang dini hari, warga Bogor dan Depok terbangun




TERBARU

[X]
×