kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Setiap tahun lapangan pekerjaan terus berkurang, ini saran ekonom


Kamis, 08 Agustus 2019 / 18:57 WIB
Setiap tahun lapangan pekerjaan terus berkurang, ini saran ekonom


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Merosotnya penyerapan tenaga kerja dalam empat tahun terakhir pertanda lapangan pekerjaan kiat menciut. Hal ini berdampak pada makin sulitnya mencari kerja.

Berdasarkan data Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM) perkembangan penyerapan tenaga kerja dari investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMD melambat. Dalam empat tahun terakhir, terjadi penurunan di tiap kuartal II.

Baca Juga: Mengkhawatirkan, tren penurunan penyerapan tenaga kerja terjadi sejak 4 tahun lalu

Pada kuartal II-2015 jumlah penyerapan tenaga kerja mencapai 370.945 orang. Kuartal II-2016 sebanyak 354.739 orang. Kuartal II-2017 sebesar 345.293 orang. Kuartal II-2018 sejumlah 289.843 orang. Selanjutnya jatuh ladi pada kuartal II-2019 yakni 235.314 orang.

Indikasi yang terjadi adalah tren investor saat ini lebih memilih menaruh investasinya dalam industri padat modal. Di mana aktifitas produksinya cenderung menekankan dan tergantung pada penggunaan mesin-mesin dibandingkan dengan penggunaan tenaga kerja manusia.

Ekonom Samuel Aset Management Lana Soelistianingsih menilai investasi manufaktur memang melambat. Sehingga jumlah lapangan pekerjaan jadi turun.

Lana menambahkan industri manufaktur saat ini pun sudah banyak yang menggunakan mesin. Tekanan jumlah pengangguran pun makin terasa sehingga waspada efek domino kepada kemiskinan dan penurunan konsumsi.

Baca Juga: Tanpa Penghasilan Tambahan, Konsumen Semakin Pesimis

“Jadi ladang tenaga kerja ada di manufaktur, tapi industri itu sendiri perlahan menggunakan mesin guna efektifitas produksi. Tidak bisa salahkan pengusaha atau investor juga,” kata Lana kepada Kontan.co.id, Kamis (8/8).

Meskipun demikian, Lana tidak memungkiri bahwa industri padat karya makin sempit menggunakan tenaga kerja. Dia memberikan contoh selain aktivitas pabrik, jual beli minuman kemasan lewat sales sekarang sudah tergantikan dengan mesin minuman.

Industri perbankan juga makin sempit membuka tenaga kerja dengan perkembangan teknologi perbankan seperti setor-tarik tunai mandiri, bahkan buka rekening mandiri oleh nasabah. “Produktivitas meningkat, konsumen mendapatkan pelayanan yang lebih baik, semua serba digital,” kata Lana.

Baca Juga: Sederet Proyek Siap Digarap Radiant Utama Interinsco (RUIS) Semester II 2019

Menurut Lana, jika pemerintah tetap ingin membuka lapangan pekerjaan dengan keran utama sektor padat karya. Maka perlu ada insentif fiskal seperti pajak bagi investor dengan memberikan berbagai tawaran keringanan pajak untuk mereka yang investasi di sektor padat karya.

DI sisi lain, Lana bilang potensi industri pariwisata dalam membuka lapangan pekerjaan masih sangat luas. Namun, kompetensi orang Indonesia dinilai lebih banyak ke sektor padat karya. Sehingga membutuhkan pelatihan khusus agar tenaga kerja bisa bekerja di sektor pariwisata.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×