kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

RI kalah saing berebut investor dengan Vietnam, ini penjelasan Sri Mulyani


Selasa, 18 Juni 2019 / 09:45 WIB
RI kalah saing berebut investor dengan Vietnam, ini penjelasan Sri Mulyani


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Vietnam menjadi salah satu negara yang menjadi pesaing Indonesia dalam menarik minat investor asing masuk ke dalam negeri. Sayangnya, Vietnam justru lebih berhasil bila dibandingkan dengan Indonesia.

Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan pemberian insentif perpajakan yang agresif membuat Vietnam menjadi tujuan para investor untuk menanamkan modal.

"Kalau benchmarking Indonesia sebenarnya tidak terlalu berbeda," jelas Sri Mulyani di hadapan anggota Komisi XI DPR RI, Senin (17/6).

Ada dua hal yang membuat Indonesia kurang menarik bagi investor yakni pemotongan tarif Pajak Penghasilan (PPh) Badan yang lebih tinggi serta belum adanya ketentuan khusus untuk insentif investasi di daerah tertinggal.

Dari sisi tarif PPh Badan sejak 2-16, Vietnam telah menggunakan tarif 20%. Potongan tersebut, jelas Sri Mulyani, merupakan angka yang relatif rendah di kawasan Asia Tenggara alias ASEAN.

Sedangkan Indonesia masih menggunakan tarif 25% sejak tahun 2010, kecuali bagi perusahaan yang tercatat di pasar modal (IPO). PPh Badan bagi perusahaan IPO sebesar 20%.

Selain itu, pemotongan tarif PPh Badan di Vietnam menjadi 17% untuk investasi di daerah tertinggal dan 10% untuk investasi di daerah sangat tertinggal. "Kita belum memiliki kecuali perusahaan yang IPO," imbuh Sri Mulyani.

Sementara itu, dari sisi tax holiday justru Indonesia lebih unggul. Di Indonesia tax holiday bisa diperpanjang hingga 20 tahun, sedangkan Vietnam hanya sampai 13 tahun sesuai dengan jenis investasi. Indonesia dan Vietnam juga sama-sama memberikan insentif investasi di sektor prioritas yang sesuai kriteria.

Kriteria yang ditetapkan Vietnam adalah sektor dengan teknologi tinggi, berdampak besar dan memiliki dampak sosial seperti pendidikan dan vokasi, kesehatan, budaya, olahraga dan lingkungan.

Sri Mulyani juga menjelaskan Indonesia memiliki sektor yang diprioritaskan hampir sama yaitu vokasi dan pendidikan.

Meskipun begitu, Sri Mulyani menegaskan tetap terus akan melakukan evaluasi kebijakan fiskal agar tidak tertinggal dalam hal menarik minat para investor. "Kita terus mere-fine policy kita dari sisi menarik investasi dan mendorong ekspor," imbuh dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×