kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

RI didorong negara tetangga untuk open sky


Senin, 04 Desember 2017 / 17:48 WIB
RI didorong negara tetangga untuk open sky


Reporter: Ramadhani Prihatini | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - TARAKAN. Konektivitas perhubungan di Indonesia Wilayah Timur menjadi salah satu fokus Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Filipina East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA).

Sulitnya menembus beberapa wilayah daerah di Tanah Air, terus didorong agar kerja sama perekonomian dengan negara tetangga bisa kian berkembang.

Meski pada kesepakatan BIMP-EAGA sebelumnya disepakati untuk dibuka penerbangan Balikpapan - Bandar Sri Begawan oleh Sriwijaya Air pada 3 Desember 2017. Serta Pontianak- Miri oleh Express Air pada 12 Desember 2017.

Namun pada kesepakatan BIMP-EAGA, Minggu (3/12) , forum kerjasama perekonomian empat negara ini mendorong Indonesia untuk membuka lebih banyak rute penerbangan internasional alias Open Sky.

Director Southeast Asia Regional Cooperation and Operations Coordination Division ADB, Alfredo Perdiguero menyatakan konektivitas perhubungan menjadi salah satu fokus yang harus diperhatikan pemerintah Indonesia untuk menjaring lebih banyak investasi. Tak hanya itu, konektivitas juga akan mendorong lebih banyak pariwisata masuk.

"Transportasi menjadi penting, ini terkait juga dengan identifikasi transportasi apa yang diperlukan," jelas Alfredo di Tarakan, Minggu (3/12).

Deputy Minister of Foreign Affairs and Trade Brunei Darussalam, Dato Erywan Yusof melihat isu konektivitas menjadi penting dalam kerja sama BIMP-EAGA lantaran akan mendatangkan potensi yang besar. Ia bilang, pariwisata dan investor akan bisa terdorong dengan konektivitas perhubungan yang baik.

Terkait hal ini, ia cukup menyoroti sulitnya menempuh perjalanan dari Bandar Sri Begawan ke Tarakan. Dia mengatakan meski jarak kedua wilayah ini tak terlalu jauh, tapi membutuhkan waktu tempuh hingga 26 jam. Ini lebih lama ketimbang waktu tempuh Bandar Sri Begawan ke New York yang hanya memakan waktu 24 jam.

"Kita masih butuh banyak diskusi, bagaimana kita mempunyai konektivitas lebih baik. Saya kira ke depan, arah pembangunan wilayah BIMP-EAGA harus saling terhubung dengan negara ASEAN lainnya," ujar dia.

Staf Ahli Menko Perekonomian Bidang Hubungan Ekonomi dan Pembangunan Manusia and Kebudayaan Kemko Perekonomian Raldi Hendro Koestoer hal tersebut lantaran Indonesia mengikuti aturan ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS).

"Pada dasarnya Indonesia sudah membukukan air linkage di lima airport internasional. Sehingga kita tetap bisa memenuhi kebutuhan untuk interaktif dengan lima negara tetangga kita," pungkas Raldi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×