kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Realisasi pembiayaan utang APBN 2019 mencapai Rp 317,7 triliun hingga September


Senin, 04 November 2019 / 20:35 WIB
Realisasi pembiayaan utang APBN 2019 mencapai Rp 317,7 triliun hingga September
ILUSTRASI. Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan sambutan pada Rakernas Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah 2019 di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (12/9/2019). Pembiayaan utang APBN tumbuh 3,7% secara tahunan hingga September lalu.


Reporter: Grace Olivia | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Keuangan mencatat realisasi pembiayaan utang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 telah mencapai Rp 317,7 triliun sampai dengan September lalu. Pembiayaan utang tersebut tumbuh 3,7% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. 

Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam paparannya pada Rapat Kerja Komisi XI, Senin (4/11) menjelaskan, pertumbuhan pembiayaan utang pada periode Januari-September pada tahun-tahun sebelumnya konsisten menurun. 

Periode yang sama pada tahun lalu misalnya, pembiayaan utang bahkan turun 21,2% dengan nominal Rp 306,4 triliun. Periode sama pada tahun 2017, pembiayaan utang tumbuh 2,6% dengan nominal Rp 389 triliun. “Tahun 2019 ini (pembiayaan utang) mengalami kenaikan karena adanya kebutuhan untuk menjaga ekonomi kita dari perlemahan global saat ini,” tutur Sri Mulyani. 

Baca Juga: Menko Airlangga: Sudah waktunya menurunkan suku bunga KUR

Seperti diketahui, pemerintah memproyeksikan terjadinya pelebaran defisit APBN di akhir tahun ini, yakni dari sebelumnya proyeksi (outlook) 1,93% dari PDB menjadi ke kisaran 2%-2,2% dari PDB. Kendati begitu, Sri Mulyani memastikan pemerintah tetap melakukan kebijakan pembiayaan utang secara hati-hati dengan menjaga rasio utang tetap aman yaitu pada kisaran 29,4% - 30,1% dari PDB. 

Pemerintah juga tetap mengutamakan efisiensi dalam pembiayaan utang dengan strategi pengadaan yield dan cost of funds yang paling kompetitif. Selain itu, pemerintah mendorong pemanfaatan instrumen yang lebih produktif seperti sukuk pembiayaan proyek untuk mendukung proyek yang produktif seperti pembangunan infrastruktur. 

Baca Juga: Meski Beri Kupon Tipis, ST-006 Masih Menarik Dikoleksi

Terakhir, pemerintah menjaga komposisi utang valas dan rupiah dalam porsi yang aman dan seimbang, serta tetap mengutamakan sumber pembiayaan dari dalam negeri. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×